JAKARTA. Ketatnya anggaran belanja pemerintah membuat produsen mebel PT Chitose International Tbk belum berani menarget tinggi untuk pertumbuhan bisnisnya di 2017 ini. “Tahun ini secara keseluruhan masih biasa saja pergerakan bisnisnya, apalagi ekonomi masih lamban,” kata Sekretaris Perusahaan PT Chitose International Tbk, Fadjar Swatyas kepada KONTAN (16/4). Soal kaitan bisnis emiten berkode CINT ini dengan belanja pemerintah, Fadjar mengatakan bahwa lebih dari setengah pendapatan CINT berasal dari konsumsi pemerintah akan kebutuhan mebel.
“Kalau dihitung lebih dari 50 % penjualan diserap oleh pemerintahan,” sebut Fadjar. Sisanya kontribusi pendapatan di dapat dari swasta dan penjualan ritel. Berdasarkan laporan keuangan 2016, penjualan CINT tumbuh 4 % menjadi Rp 327 miliar dari Rp 315 miliar di tahun sebelumnya. Penjualan CINT didominasi pasar lokal yakni, sekitar 94 % dari total pendapatan. Penjualan lokal naik tipis 1,6 % menjadi Rp 308 miliar dari Rp 303 miliar di tahun sebelumnya. Sementara ekspor CINT tumbuh besar 72 % menjadi Rp 19 miliar dari Rp 11 miliar di tahun sebelumnya. “Mayoritas ekspor Chitose ke jepang,” kata Fadjar. Sedangkan dari segi produk, kursi lipat (folding chair) menopang pendapatan CINT. “Volume penjualannya hampir 40 %,” sebut Fadjar. Sampai dengan 2016, pabrik Chitose memproduksi 1,3 juta potong mebel. Sebelumnya Juni tahun lalu, CINT telah menggelontorkan investasi senilai Rp 7 miliar untuk menambah furnitur baru. Mesin memproduksi kursi kayu untuk kebutuhan sekolah (memo table) dengan kapasitas sekitar 200.000 potong per tahun. Dengan adanya mesin tersebut, diharapkan kapasitas produksi pabrik Chitose di tahun ini bisa mencapai 1,5 juta pieces per tahun. Fadjar mengatakan sampai dengan 2016 produksi CINT mendekati 1 juta. Sampai dengan kuartal I tahun ini produksi masih belum maksimal disbanding kuartal yang sama tahun sebelumnya. “Sampai kuartal I ini paling sekitar 300.000-400.000 pieces,” kata Fadjar.
Jumlah tersebut diakui Fadjar tidak sebaik kuartal yang sama tahun lalu. Sayang Fadjar tidak menerangkan jumlah produksi di kuartal I tahun lalu. Untuk
capital expenditure (capex) tahun ini, Fadjar tidak ingin buru-buru menyebutnya. “Yang jelas lebih kecil ketimbang tahun kemarin,” katanya. Ia beralasan, karena CINT sudah rampung menambah mesin di 2016 untuk mesin produksi mebel kayu. Tahun ini hanya akan revitalisasi dan rehabilitasi mesin saja. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto