Christine Lagarde Disambut Pasar Sebagai Calon Presiden Bank Sentral Eropa



KONTAN.CO.ID - DW. Pasar uang dan pasar saham Eropa menunjukkan kenaikan hari Rabu (3/7) dan menyentuh nilai tertinggi selama setahun terakhir, setelah nama Christine Lagarde disebut-sebut sebagai calon Presiden European Central Bank (ECB) yang baru usai pertemuan para pemimpin Eropa Selasa (2/7) larut malam.

Christine Lagarde memang bukan nama baru di kancah politik keuangan. Sebagai Direktur Dana Moneter Internasional IMF, dia dikenal sebagai negosiator yang cerdas. Sekalipun belum pernah memimpin bank sentral seperti para pendahulunya, Lagarde dikenal luas di panggung politik dan bisnis.

Saat ini, para investor terutama fokus pada dua faktor positif. Pertama, bahwa yang akan menggantikan Mario Draghi di puncak ECB yang berpusat di Frankfurt bukanlah Jens Weidmann, Direktur Bank Sentral Jerman, yang tadinya sering disebut-sebut sebagai calon kuat. Weidmann dikenal sebagai orang yang kurang setuju dengan "politik uang murah" seperti yang dijalankan ECB saat ini. Catatan positif kedua adalah, Lagarde diperkirakan tidak akan mengubah kebijakan suku bunga rendah yang dijalankan Mario Draghi.


Perempuan pertama di puncak ECB

Mantan pengacara perusahaan dan menteri keuangan Prancis Christine Lagarde, 63 tahun, selalu tampil percaya diri. Dia juga tidak canggung bergerak di panggung internasional dan bukan merupakan wajah baru. Dia punya hubungan baik dengan para direktur bank sentral Eropa. Ini semua modal yang kuat untuk memimpin ECB yang terutama bertigas menjaga kestabilan mata uang euro dan mengendalikan inflasi.

Pada 2011, Christine Lagarde juga menjadi perempuan pertama yang mengepalai Dana Moneter Internasional. Dia menjadi salah satu tokoh sentral dalam krisis utang di zona euro yang hampir meruntuhkan perekonomian Yunani.

Pengamat menilai Christine Lagarde sebagai negosiator terampil yang punya jaringan luas dan baik. Sebelum berkarier sebagai pejabat, dia menjalankan sebuah firma hukum internasional yang berbasis di Chicago. Dia kemudian dipanggil bergabung dengan pemerintahan Prancis tahun 2005 oleh Perdana Menteri saat itu, Dominique de Villepin. Dua tahun kemudian, dia menjadi Menteri Keuangan di bawah Presiden Nicolas Sarkozy.

Terkena badai politik

eputasi Christine Lagarde pernah guncang pada 2016, ketika ia harus menghadapi proses pengadilan di Prancis karena dituduh lalai melakukan pengawasan sebagai Menteri Keuangan. Pengadilan kemudian memutuskan dia bersalah karena gagal menentang pembayaran arbitrase negara sebesar 400 juta euro kepada seorang teman Presiden Sarkozy. Namun pengadilan tidak menjatuhkan hukuman penjara kepada Lagarde. Dia dianggap telah bertindak dengan itikad baik.

Dia "bukan seorang ekonom, tetapi dia adalah pembuat kebijakan yang disegani yang telah memimpin IMF setelah krisis keuangan", kata analis keuangan Edward Moya. "Sangat sulit untuk membayangkan kapan ECB akan menaikkan suku bunga" di bawah direktur yang baru, tambahnya.

Pakar keuangan Quincy Krosby dari Prudential Financial menunjuk pada dinamika transatlantik yang akan mempengaruhi keuangan global. Karena saat ini, Bank Sentral AS The Fed dipimpin Jay Powell, seorang pengacara yang bukan ekonom. Apalagi, Jay Powell berada di bawah tekanan kuat Presiden Donald Trump, sehingga independensi The Fed belakangan sering dipertanyakan.

Sedangkan Christine Lagarde "telah membuktikan dirinya selama masa yang sulit secara global" kata Quincy Krosby. "Tugas memimpin ECB itu 50 persen ekonomi dan 50 persen politik", kata Peter Kinsella dari UBP di London. Melihat latar belakang Christine Lagarde, dia memang cocok mengisi jabatan itu, tandasnya.

Kalau semua berjalan sesuai rencana, Christine Lagarde akan mulai memipin ECB bulan November mendatang.

Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti