KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Rusia, Vladimir Putin, tengah berusaha mencari cara untuk menangani Yevgeny Prighozin, kepala kelompok tentara bayaran Wagner yang memimpin pemberontakan di Rusia sebulan lalu. Kepala CIA, William Burns, menyatakan bahwa pemberontakan tersebut mengungkap kelemahan signifikan dalam sistem kekuasaan yang dibangun oleh Putin. Putin kemungkinan akan mencoba mengulur waktu untuk mencari cara terbaik dalam menghadapi Prigozhin.
Baca Juga: Afrika Selatan: Vladimir Putin Tak Akan Hadiri KTT BRICS Kelompok Wagner masih berharga bagi kepemimpinan Rusia di tempat-tempat seperti Afrika, Libya, dan Suriah, sehingga Putin kemungkinan akan berusaha memisahkan kelompok tersebut dari pemimpinnya. Burns juga menyatakan bahwa Putin mungkin akan menunggu kesempatan untuk membalas dendam terhadap Prigozhin. "Putin adalah seseorang yang pada umumnya berpikir bahwa balas dendam adalah hidangan yang paling enak disajikan saat dingin," kata Burns. "Dalam pengalaman saya, Putin adalah pembalasan utama, jadi saya akan terkejut jika Prigozhin lolos dari pembalasan lebih lanjut." Presiden AS, Joe Biden, telah menyiratkan risiko racun terhadap Prigozhin, dan direktur CIA menggemakan pernyataan tersebut dengan menyarankan Prigozhin untuk berhati-hati dengan makanannya. Badan intelijen memiliki pengetahuan sebelumnya tentang pemberontakan itu, termasuk melibatkan jenderal militer Rusia, Sergei Surovikin, yang saat ini tidak memiliki kebebasan bergerak. Pemberontakan Wagner merupakan serangan yang paling langsung yang pernah dihadapi Putin selama 23 tahun berkuasa.
Baca Juga: Rusia Ancam setiap Kapal yang Melakukan Perjalanan ke Ukraina Mulai Kamis (20/7/2023) Fakta bahwa Putin merasa terdorong untuk berurusan dengan mantan kateringnya, Prigozhin, merupakan hal yang mengejutkan. Putin selama ini memproyeksikan dirinya sebagai penengah ketertiban di Rusia. Pertanyaan tentang keputusan Putin dan kritik Prigozhin terhadap perang di Ukraina membuat banyak orang di Rusia meragukan tindakan pemerintah. Kehadiran serangan balik Ukraina terbukti menjadi tantangan yang sulit bagi Rusia, mengingat mereka lebih unggul dalam pertahanan dan memiliki waktu berbulan-bulan untuk bersiap-siap. Selain itu, ada indikasi bahwa Rusia mungkin mempertimbangkan operasi bendera palsu dengan menyerang kapal di Laut Hitam dan menyalahkan Ukraina.
Editor: Noverius Laoli