KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (
BUMI) melaporkan telah memproses pembayaran utang ke-16 sebesar US$ 101,4 juta melalui agen fasilitas. Pembayaran ini dilakukan pada Senin (10/1), yang mewakili pinjaman pokok sebesar US$ 95,9 juta dan bunga sebesar US$5,5 juta untuk Tranche A. “Pembayaran bulan Januari ini adalah yang tertinggi yang pernah dilakukan, karena terbantunya situasi sektor batubara dan efisiensi,” terang Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI, Dileep Srivastava, Senin (10/1). Dengan dilakukannya pembayaran triwulanan ke-16 hari ini, emiten terafiliasi Grup Bakrie tersebut telah membayar keseluruhan sebesar US$ 545,2 juta secara tunai (cash). Jumlah ini terdiri atas pokok Tranche A sebesar US$ 378,2 juta dan bunga sebesar US$166,9 juta, termasuk bunga akrual dan bunga yang belum dibayar (back interest).
“Pembayaran berikutnya atas Tranche A akan jatuh tempo pada April 2022,” kata Dileep.
Baca Juga: Butuh Informasi Tambahan, Bumi Resources (BUMI) Tunda RUPSLB Adapun kupon PIK dari tanggal 11 April 2018 hingga 10 Januari 2022 atas Tranche B dan C juga sudah mulai dikapitalisasi. Tahun ini, BUMI menargetkan keseluruhan produksi 90 juta ton batubara. PT Kaltim Prima Coal (KPC) akan memproduski 61 juta ton batubara, sementara Arutmin Indonesia (AI) diperkirakan memproduksi 29 juta ton batubara. KPC akan mengalokasikan belanja modal atau capital expenditur (capex) senilai US$ 9,8 juta, sementara capex Arutmin sebesar US$ 3,5 juta Sementara produksi tahun lalu diperkirakan berada di rentang 80 juta ton sampai 82 juta ton, dengan harga jual sebesar U$$ 68 per ton sampai US$ 72 per ton. Estimasi biaya produksi sebesar US$ 33 sampai US$ 35 per ton, menjadikan BUMI sebagai salah satu perusahaan tambang batubara dengan biaya produksi terendah. Hingga akhir September 2021, emiten tambang terafiliasi Grup Bakrie ini telah menjual 58,8 juta ton batubara, menurun 2% dari realisasi penjualan di periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 60,0 juta ton. China dan India adalah pasar ekspor utama BUMI, dimana memegang porsi masing-masing 33% dan 12%, disusul oleh penjualan ke Jepang (8%), Filipina(4%), Taiwan (4%), dan Malaysian, Korea Selatan, Brunei Darussalam masing-masing 2%. Sedangkan penjualan ke pasar domestik mencapai 32% dari total penjualan atau sekitar 19 juta ton. Sementara itu, produksi juga menurun sebesar 3%, dari semula 60,7 juta ton menjadi 58,8 juta ton per akhir kuartal III-2021. Penurunan ini utamanya akibat curah hujan yang cukup tinggi. BUMI cukup menikmati berkah kenaikan harga batubara. Hal ini tercermin dari kinerja per kuartal III-2021, dimana BUMI membukukan lanba bersih senilai US$ 243,3 juta. Realisasi ini berbalik dari kondisi rugi bersih US$ 94,1 juta pada periode yang sama tahun 2020. Dari sisi topline, BUMI mengantongi pendapatan US$ 666,18 juta, naik 13,31% dari pendapatan di periode yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar US$ 587,88juta.
Baca Juga: Soal Perpanjangan Izin Kaltim Prima Coal (KPC), Ini Jawaban BUMI Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat