KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Holding PT Cilacap Samudera Fishing Industry Tbk (
ASHA), PT Asha Fortuna Corpora, menjalin kerja sama dengan BPRS Botani dalam memberikan akses pembiayaan ke nelayan. Kerja sama ini merupakan bagian dari upaya ASHA untuk memastikan ketersediaan supply ikan serta untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan melalui proyek kemitraan. Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan kerja sama yang dilakukan oleh William Sutioso Representatif dari PT Asha Fortuna Corpora dan Direktur Utama BPRS Botani Abdillah Jetha Putra pada Rabu 9 November 2022 di Jakarta. William menuturkan, nantinya PT Asha Fortuna Corpora akan menyediakan kapal dan modal kerja kepada para nelayan dengan kontrak selama lima tahun. Targetnya, pada tahun ke-5 nelayan akan memiliki kapal tersebut yang dicicil dari hasil penangkapan ikan yang diperoleh dengan ASHA dan afiliasinya sebagai
off taker. "Saat ini yang kami sedang uji cobakan, kami akan gerakan kapal ikan 30 GT sebagai
pilot project. Kami akan
support dari perkapalannya dan operasionalnya dengan bekerjasama dengan BPRS Botani ini," ujar William dalam konferensi pers di Jakarta, hari ini.
Baca Juga: Cilacap Samudera Fishing Industry (ASHA) Optimistis Capat Target Bisnis Tahun Ini Untuk tahap awal, ASHA dan BPRS Botani akan fokus melakukan kemitraan dengan nelayan di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya. Namun, tak menutup kemungkinan akan ada perluasan jangkauan setelah
project project yang berjalan saat ini berhasil. Dia melanjutkan, kerja sama ini juga didasari oleh kondisi kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dan kebutuhan logistik lainnya belakangan ini yang membuat banyak kapal nelayan sandar di dermaga karena kekurangan modal. Beban BBM sendiri memiliki porsi cukup tinggi terhadap total biaya operasional kapal ikan, sehingga para nelayan membutuhkan modal kerja agar kapal dapat melaut. Terkait target jumlah nelayan yang ikut akan serta dalam program pembiayaan, William menyebut bahwa pihaknya ingin mendukung sebanyak-banyaknya nelayan. Namun untuk tahap awal, akan disediakan 10 kapal ikan terlebih dahulu. "Kami mau
support sebanyak-banyaknya, tapi untuk
support ini kami akan memfilterisasi nelayannya. Jika masuk standar yang kami punya akan diajukan ke BPRS Botani. Dari BPRS juga punya standar sendiri, apakah pas atau tidak. Kami mulai dulu dari
pilot project disesuaikan dengan daerah
fishing ground-nya," jelas William.
Dalam kesempatan yang sama, Abdillah menambahkan, pada saat ini baru sekitar 0.41% dari total pembiayaan perbankan yang didistribusikan ke sektor perikanan. Dengan demikian, ada dua hal yang ingin dicapai dari kerja sama ini, pertama peningkatan pembiayaan perbankan ke sektor perikanan dan kedua, dapat menurunkan risiko pembiayaan yang berujung pada meningkatnya kesejahteraan Nelayan. "Kami punya harapan besar dan keinginan besar bahwa kolaborasi ini jadi salah satu
modeling yang bisa kami kembangkan bersama-sama, terutama untuk masyarakat ultra mikro biar bisa naik kelas ini yang selalu digaungkan oleh
holding kami," tambahnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .