Cile menang, penjualan bir meningkat



SANTIAGO. Efek keberhasilan memulangkan Spanyol, juara Piala Dunia 2010 membuat, produsen bir dan anggur (wine) Cile ikut ketiban rezeki. Bahkan harga saham Cia Cervecerias SA (CCU) sempat melonjak 3,2% dan Vina Concha & Toro melompat 3,4%, pasca Cile mengalahkan Tim Matador.

Merayakan kemenangan, masyarakat berpesta menyambut keberhasilan tim sepakbola mereka masuk ke babak 16 besar Piala Dunia Brasil. "Ini adalah pesta anggur dan bir," ujar Eric Conrads, manajer portofolio ING Invesment Management seperti yang dikutip dari Bloomberg, Kamis (19/6).

Para pekerja di Cile berhamburan keluar dari gedung-gedung di pusat kota Santiago sembari meneriakkan "Ci-Ci-Ci! Le-le-le!". Banyak mobil tak berhenti menyalakan klakson sepanjang babak pertama pertandingan yang digelar di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, Brasil.


Cile mendapatkan gol pertamanya setelah Eduardo Vargas menendang bola dan melewati kiper Spanyol, Ikker Casillas di menit 20. Di menit 43, Cile berhasil menggandakan kemenangan setelah Charles Aranguiz menjebol gawang Spanyol.

Berdasarkan hasil survei yang digelar oleh ING, masyarakat Cile memiliki kecenderungan untuk membelanjakan lebih banyak uang daripada negara lain jika timnya memenangkan pertandingan piala dunia. Survei tersebut dilakukan terhadap 8.000 orang dari 15 negara.

Seorang warga negara Cile bersedia menghabiskan dana sebesar € 526 atau sekitar US$ 714 untuk berpesta merayakan kemenangan termasuk membeli bir dan anggur. Dibandingkan dengan negara tetangganya, jumlah itu lebih tinggi 22,6%. Warga Argentina hanya bersedia membayar € 429.

Sementara itu, Pemerintah Cile meminta kepada para pendukung sepakbola untuk menahan diri menggelar acara barbeque tradisional ketika menonton tim nasional berlaga di piala dunia. Alasannya, asap dari daging yang dibakar akan mencemari udara di ibukota. "Masyarakat harus menghindari pembakaran arang yang membuat kualitas udara memburuk," ujar Claudio Orrego, pejabat pemerintah yang bertanggungjawab untuk wilayah Santiago.

Editor: Fitri Arifenie