CIMB Niaga Finance Memproyeksikan Bisnis Multifinance Masih Penuh Tantangan di 2025



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) memproyeksikan industri multifinance masih akan dihadapkan kondisi yang menantang pada tahun depan. 

Presiden Direktur PT CIMB Niaga Auto Finance Ristiawan Suherman mengatakan salah satunya karena kondisi geopolitik (perang) yang masih bergejolak.

"Dengan demikian, akan berdampak pada daya beli masyarakat yang diprediksi belum bisa pulih secara sempurna," ungkapnya kepada Kontan, Jumat (6/12).


Baca Juga: CNAF Targetkan Penyaluran Pembiayaan Kendaraan Listrik Rp 665 Miliar di 2025

Selain itu, Ristiawan menyebut sejumlah pungutan yang akan berlaku pada 2025 juga menjadi tantangan bagi multifinance dan industri lainnya. Hal itu akan menjadi efek domino yang berdampak ke keputusan masyarakat dalam mengajukan pembiayaan. 

Meski dihadapkan kondisi yang menantang, CNAF optimistis hal tersebut bisa tertangani dengan baik. Ristiawan berharap pemerintahan baru dapat memberikan berbagai stimulus yang positif kepada masyarakat, sehingga dapat memulihkan kondisi ekonomi Indonesia. 

Dia juga berharap suku bunga setidaknya dapat turun kembali pada tahun depan agar geliat daya beli masyarakat dapat tumbuh kembali. 

Adapun CNAF menargetkan total pembiayaan baru sebesar Rp 9,5 triliun pada 2025. 

Sementara itu, pada tahun ini, CNAF menilai industri multifinance juga dihadapkan berbagai tantangan. Salah satunya, yakni daya beli masyarakat yang rendah dan kondisi geopolitik global yang masih belum pulih. 

Baca Juga: CIMB Niaga Finance Catat Kenaikan Pembiayaan Kendaraan Listrik 130% per November

Hal tersebut juga sejalan dengan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang melakukan revisi target penjualan kendaraan menjadi 850.000 unit.  Kondisi tersebut menjadi salah satu tantangan bagi industri multifinance, khususnya yang bergerak di pembiayaan kendaraan. 

Di sisi lain, berbagai tantangan yang ada membuat Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) justru pesimistis pertumbuhan industri bisa mencapai 12% pada tahun ini. 

"Tahun ini, industri mau tumbuh 12% saja berat sekali. Mudah-mudahan bisa tumbuh 10%," ucap Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno saat menghadiri pertemuan anggota APPI di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (5/12).

Suwandi mengatakan rasa pesimistis itu muncul karena dipicu sejumlah faktor. Dia bilang salah satunya karena adanya pemilihan Presiden dan pemilihan Kepala Daerah, yang ternyata berdampak terhadap industri multifinance. 

Baca Juga: CIMB Niaga Finance Targetkan Penyaluran Pembiayaan Baru Rp 9,5 Triliun pada 2025

Selain itu, Suwandi menyebut faktor penurunan daya beli masyarakat juga berdampak terhadap multifinance. Oleh karena itu, dia berharap agar pemerintah dapat memulihkan daya beli masyarakat. 

Faktor lainnya, karena melemahnya penjualan otomotif pada tahun ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi