Demi meraih imbal hasil (return) reksadana yang optimal, manajer investasi meracik strategi portofolio unik. Salah satunya, reksadana campuran CIMB-Principal Balanced Strategic Plus yang fokus berinvestasi di saham dan obligasi terbitan grup Astra International (ASII) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Reksadana ini dikelola oleh PT CIMB Principal Asset Management. Cholis Baidowi, Senior Portfolio Manager PT CIMB Principal Asset Management, mengatakan, kombinasi BUMN dan grup Astra mampu menjangkau hampir seluruh sektor. Selain itu, saham-saham tersebut juga menjadi market leader di sektor mereka. Selama periode tahun 2008 hingga 2013, performa grup Astra mampu mengungguli Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan grup lain dengan pertumbuhan rata-rata tahunan alias compound annual growth (CAGR) 14,62%.
SedangkanIHSG hanya mencapai 9,25% CAGR. BSP memilih sektor saham yang bakal diuntungkan oleh program pemerintahan baru seperti konstruksi, minyak dan gas serta sektor konsumsi. "Namun kami overweight saham-saham BUMN ketimbang grup Astra," ujar Cholis. Untuk aset dasar obligasi, BSP juga mengambil obligasi korporasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan grup Astra dan BUMN. Alasannya, obligasi dari perusahaan-perusahaan itu dianggap mengimplementasikan good corporate governance (GCG) serta memiliki peringkat minimum A. Artinya surat utang ini jauh lebih baik dan lebih aman dibandingkan dengan obligasi korporasi lainnya. Strategi tersebut dilakukan untuk menjaga likuiditas. Maklum, obligasi pemerintah lebih likuid ketimbang obligasi pemerintah. "Pemilihan obligasi pemerintah juga ditujukan untuk mempertahankan cash level guna buy on weakness," kata Cholis. Menilik fund fact sheet, mayoritas aset dasar ditempatkan di saham mencapai 67,06%. Sedangkan aset lain merupakan obligasi sekitar 23,96%, pasar uang sekitar 7,15% dan lain-lain sekitar 1,83%. Dengan strategi tersebut, produk ini mampu mencatat return lumayan moncer. Pusat Data KONTAN mencatat, CIMB-Principal Balanced Strategic Plus membagikan return 21,08% secara year to date hingga 7 Oktober 2014 (lihat tabel) Ke depan, porsi aset saham masih mayoritas. Cholis optimistis dengan prospek saham karena katalis positif pengangkatan Presiden dan Wakil Presiden, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, kabinet baru serta revisi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2015.