JAKARTA. Usaha pemerintah membuka pasar ke Timur Tengah dan Afrika sepertinya belum berhasil. Terbukti, negara tujuan ekspor non migas masih tak berubah dari sebelum-sebelumnya.Dari 12 negara tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia, semuanya termasuk pasar tradisional yang dari waktu ke waktu memang telah menjadi tujuan utama produk ekspor Indonesia. Jepang, Amerika Serikat dan Cina tetap menjadi target utama ekspor non migas.Ketiga negara besar itu menyumbang 33,23% dari total ekspor non migas pada Juni lalu. Nilai ekspor non migas masing-masing tercatat sebesar US$ 1,30 miliar, US$ 1,13 miliar, dan US$ 1,01 miliar. Data serupa juga ditunjukan di Mei lalu. Kala itu, ekspor nonmigas ke Jepang duduk di posisi pertama, yaitu US$ 1,41 miliar, disusul Amerika Serikat US$ 1,05 miliar dan Cina US $1,01 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 33,80%.Meski begitu, secara umum, kinerja ekspor nonmigas Indonesia pada Juni lalu sebesar US$ 10,39 miliar atau tumbuh 1,02% bila dibandingkan Mei lalu. Pertumbuhan ekspor non migas ini didukung oleh ekspor ke negara-negara ASEAN. Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan nilai ekspor Indonesia naik sebesar US$ 286,5 jut dari sebelumnya US$ 2,10 miliar pada bulan Mei menjadi US$ 2,38 miliar.Lonjakan ekspor non migas terbesar terjadi ke Thailand dan Singapura. Ekspor non migas ke Thailand meningkat sebesar US$ 165,4 juta dari US$ 312,4 juta pada Mei lalu menjadi US$ 477,8 juta. Selain itu, peningkatan ekspor ke Negeri Merlion naik sebesar US$ 95,8 juta menjadi US$ 822,7 juta.Sementara itu, berdasarkan golongan barang, ekspor non migas Juni lalu didominasi oleh ekspor mesin/ pesawat mekanik yang naik sebesar US$ 122,1 juta menjadi US$ 494,9 juta. Komoditas lainnya yang juga mengalami kenaikan adalah pakaian jadi bukan rajutan yang naik sebesar US$44,7 juta dari bulan Mei US$ 268,0 juta.Sedangkan penurunan terbesar dicatat oleh bijih, kerak, dan abu logam yang pada bulan Mei 2010 mampu terjual ke luar negeri senilai 698,9 juta. Namun pada Juni lalu, produk Indonesia kalah bersaing dengan produk dari negara lain dan hanya terjual senilai US$ 462,3 juta. Produk kertas karton juga mengalami penurunan cukup signifikan dari US$358,5 juta pada bulan Mei menjadi tinggal US$ 346,1 juta di bulan Juni. “Kita memang belum bisa menyaingi, misalnya baja dari Cina sampai saat ini,” kata Kepala BPS Rusman Heriawan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Cina, Jepang dan AS Masih Jadi Target Ekspor Non Migas
JAKARTA. Usaha pemerintah membuka pasar ke Timur Tengah dan Afrika sepertinya belum berhasil. Terbukti, negara tujuan ekspor non migas masih tak berubah dari sebelum-sebelumnya.Dari 12 negara tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia, semuanya termasuk pasar tradisional yang dari waktu ke waktu memang telah menjadi tujuan utama produk ekspor Indonesia. Jepang, Amerika Serikat dan Cina tetap menjadi target utama ekspor non migas.Ketiga negara besar itu menyumbang 33,23% dari total ekspor non migas pada Juni lalu. Nilai ekspor non migas masing-masing tercatat sebesar US$ 1,30 miliar, US$ 1,13 miliar, dan US$ 1,01 miliar. Data serupa juga ditunjukan di Mei lalu. Kala itu, ekspor nonmigas ke Jepang duduk di posisi pertama, yaitu US$ 1,41 miliar, disusul Amerika Serikat US$ 1,05 miliar dan Cina US $1,01 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 33,80%.Meski begitu, secara umum, kinerja ekspor nonmigas Indonesia pada Juni lalu sebesar US$ 10,39 miliar atau tumbuh 1,02% bila dibandingkan Mei lalu. Pertumbuhan ekspor non migas ini didukung oleh ekspor ke negara-negara ASEAN. Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan nilai ekspor Indonesia naik sebesar US$ 286,5 jut dari sebelumnya US$ 2,10 miliar pada bulan Mei menjadi US$ 2,38 miliar.Lonjakan ekspor non migas terbesar terjadi ke Thailand dan Singapura. Ekspor non migas ke Thailand meningkat sebesar US$ 165,4 juta dari US$ 312,4 juta pada Mei lalu menjadi US$ 477,8 juta. Selain itu, peningkatan ekspor ke Negeri Merlion naik sebesar US$ 95,8 juta menjadi US$ 822,7 juta.Sementara itu, berdasarkan golongan barang, ekspor non migas Juni lalu didominasi oleh ekspor mesin/ pesawat mekanik yang naik sebesar US$ 122,1 juta menjadi US$ 494,9 juta. Komoditas lainnya yang juga mengalami kenaikan adalah pakaian jadi bukan rajutan yang naik sebesar US$44,7 juta dari bulan Mei US$ 268,0 juta.Sedangkan penurunan terbesar dicatat oleh bijih, kerak, dan abu logam yang pada bulan Mei 2010 mampu terjual ke luar negeri senilai 698,9 juta. Namun pada Juni lalu, produk Indonesia kalah bersaing dengan produk dari negara lain dan hanya terjual senilai US$ 462,3 juta. Produk kertas karton juga mengalami penurunan cukup signifikan dari US$358,5 juta pada bulan Mei menjadi tinggal US$ 346,1 juta di bulan Juni. “Kita memang belum bisa menyaingi, misalnya baja dari Cina sampai saat ini,” kata Kepala BPS Rusman Heriawan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News