CIO Julius Baer: Orang Kaya Harus Bersiaplah Menghadapi 'Fase Hangover' Pasar Privat



KONTAN.CO.ID - ZURICH. Klien sebaiknya waspada terhadap tren pasar privat alias private market karena "fase hangover" yang dihadapi sektor ini. Pasar privat mengacu pada investasi dalam modal perusahaan milik privat versus perusahaan yang diperdagangkan secara publik.

Fase tersebut dipicu oleh suku bunga rendah dan biaya tinggi, sehingga akan membuatnya tertinggal dalam hal imbal hasil dibandingkan dengan pasar saham atau ekuitas publik, kata CIO dari bank swasta Swiss, Julius Baer.

Para investor telah mengalirkan uang ke dalam area seperti kredit privat, ekuitas privat, dan infrastruktur untuk mengejar imbal hasil yang lebih tinggi dan mendiversifikasi portofolio mereka.


Semakin banyak individu kaya yang menjadi sasaran manajer aset. Mengingat beberapa investor institusi seperti dana pensiun telah mencapai batas kapasitas untuk "aset alternatif".

Yves Bonzon, Chief Investment Officer di bank swasta terbesar kedua di Swiss, mengatakan bahwa kemungkinan suku bunga akan tetap relatif tinggi, salah alokasi modal, dan jumlah uang yang sudah ada di dalam dana privat berarti "percakapan ini sedang berubah".

"Ada dua pertanyaan utama yang kami terima dari klien saat ini. Pertama, apakah saya harus membeli ETF S&P 500? Dan setelah itu, apa alasan untuk memiliki aset privat dalam portofolio saya?" katanya dalam sebuah wawancara dengan Reuters di kantor Julius Baer di Zurich.

Baca Juga: Merger dan Akuisisi Global Jadi Lebih Lambat

"Setiap kali sesuatu naik begitu cepat, Anda ingin bertanya pada diri sendiri apakah aset ini menghasilkan imbal hasil yang sangat kompetitif? Imbal hasil saat ini mungkin lebih mendukung aset publik," tambahnya.

Dia menekankan bahwa setelah pesta panjang, pasar privat berada dalam "fase hangover". Bonzon memperkirakan, biaya yang dikenakan oleh ekuitas privat atawa private equity dan aset likuiditas rendah lainnya mencapai sekitar 6% dari total aset yang diinvestasikan.

Jumlah yang terbatas ini menciptakan hambatan signifikan untuk bisa bersaing sebelum imbal hasil dapat dibandingkan dengan saham yang terdaftar di bursa saham.

Investor institusi menyukai aset privat karena dapat meredakan volatilitas nilai saham dan obligasi publik. Dana privat atawa private fund tidak harus menilai aset berdasarkan pasar (mark-to-market) secara teratur.

"Jika Anda hanya melihat portofolio Anda sekali setahun, ETF MSCI World mungkin merupakan opsi investasi yang lebih menarik," kata Bonzon.

Baca Juga: Blackstone Sebut Asia Sebagai Mesin Pertumbuhan Ekonomi

Analis mengatakan bahwa imbal hasil di saham global sebagian besar didorong oleh lonjakan di tujuh perusahaan teknologi terbesar, yang dikenal sebagai "Magnificent Seven", menciptakan risiko konsentrasi signifikan yang dapat diatasi oleh pasar privat.

Julius Baer, yang mengelola 474 miliar franc (sekitar US$ 550 miliar) dalam aset, mengalami awal tahun 2024 yang penuh gejolak.

Saat itu CEO-nya mengundurkan diri setelah bank tersebut melaporkan kerugian besar pada pinjaman kepada raksasa properti yang bangkrut, Signa. CEO baru, partner Goldman Sachs, Stefan Bollinger, akan memulai tugasnya pada awal tahun depan.

Selanjutnya: 3 Tantangan Berat Sudah Menunggu CEO Baru Nike Elliott Hill, Apa Saja?

Menarik Dibaca: Nama Kejutan Calon Menteri & Wamen Prabowo mulai Raffi Ahmad hingga Stella Christie

Editor: Wahyu T.Rahmawati