KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah perlu terus meningkatkan kebijakan pro investasi untuk mendorong masuknya foreign direct investment ke dalam negeri. Masuknya investasi akan menggerakkan perekonomian nasional dan menekan potensi resesi akibat ketidakpastian ekonomi global. Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan mengatakan, revisi pada perkiraan pertumbuhan ekonomi global sudah sangat jelas terjadi sebagai dampak dari volatilitas keadaan pasar di tengah gejolak ekonomi global. Baca Juga: Suahasil Nazara ditunjuk jadi Wakil Menteri Keuangan mendampingi Sri Mulyani
"Hal ini pun kian memperkuat premis akan adanya resesi global dalam waktu dekat,” ujar dia dalam keterangan yang diterima Kontan.co.id, Kamis (31/10). Seperti yang diketahui, Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) merevisi pertumbuhan ekonomi global dari 3,2% menjadi 2,9%. International Monetary Fund (IMF) juga merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada paruh pertama tahun ini yang berada di angka 3,2% dari yang semula 3,3% untuk tahun ini. Sementara itu, Bank Dunia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang semula dirilis berada pada angka 2,9% menjadi hanya 2,6%. CIPS menilai, pemerintah di bawah arahan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada dasarnya telah menyadari betul akan adanya ancaman dari perkembangan ekonomi global yang kian tidak menentu.