JAKARTA. Tekanan harga batubara dalam kurun dua tahun terakhir memang membuat sebagian pelaku bisnis di sektor ini terutama pemilik izin tambang, mencoba untuk banting setir. Tak ayal kondisi ini ikut mengganggu ritme bisnis kontraktor batubara. Hal ini juga dirasakan oleh kontraktor batubara, PT Cipta Kridatama (CK). Menyusutnya aktivitas pertambangan batubara, membuat anak usaha PT ABM Investama Tbk., ini mulai menjajal bisnis baru yang masih berkaitan dengan sewa-menyewa alat berat dan keruk-mengeruk bahan tambang dan lahan. Salah satu bisnis yang kini tengah mereka jajaki adalah menjadi kontraktor eksploitasi bahan baku bagi perusahaan semen. "Saat ini banyak pendirian perusahaan semen baru, atau menambah kapasitas produksi, kami tengah menjajaki kerjasama dengan mereka," kata Presiden Direktur PT Cipta Kridatama Irfan Setiaputra kepada KONTAN di kantornya pekan lalu. Memang, hingga kini Cipta Kridatama belum secara resmi mendapatkan pekerjaan dari produsen semen ini. Sebab manajemen CK saat ini masih mengkalkulasi apakah bisnis ini bisa mendatangkan cuan yang cukup bagi perusahaan di masa depan. Sebagai gambaran, secara karakteristik, eksploitasi bahan baku semen jelas berbeda dengan batubara. Jika di bisnis pengerukan batubara CK bisa mengoperasikan alat berat dengan tidak terbatasi oleh jam kerja, di pabrik semen rata-rata alat berat bekerja kurang dari 12 jam. Kondisi ini yang menyebabkan perhitungan biaya operasional berbeda dengan tambang batubara. "Ada waktu idle bagi alat berat sekitar delapan jam, kami harus cermat," katanya. Pun demikian, Irfan berharap tahun ini bisa menjajal bisnis ini, untuk bisa memastikan kelayakan apakah bisa dikembangkan di masa mendatang. Selain menjajal kerjasama menjadi kontraktor bagi pabrik semen, Irfan bilang CK juga berupaya menangkap potensi bisnis dari proyek infrastruktur pemerintah, seperti proyek pembangunan jalan tol. Nah untuk proyek ini, CK sudah punya sedikit pengalaman, yakni pada saat menggarap pengolahan lahan jalan tol di ruas Pejagan–Pemalang, seksi 2. Proyek tersebut hanya berjangka waktu sekitar enam bulan, dan nilai kontraknya masih mini. Nah kini, CK tengah mengincar proyek jalan tol yang lain, misalnya salah satu seksi di ruas jalan tol Ciawi–Sukabumi. "Kami masih menunggu proses tendernya," kata Irfan. Soal proyek lain yang diincar, Irfan berharap bisa mengerjakan pengolahan lahan di ruas jalan tol di pulau Jawa. Secara menyeluruh, ke depan bisnis non pertambangan diharapkan bisa menyumbang sekitar 30% dari pendapatan Cipta Kridatama. Kapan akan dicapai? Manajemen CK tidak mematok target pasti, karena saat ini bisnis pertambangan masih lebih dari 95% dari total penghasilan CK. Meskipun demikian, porsi pertambangan non batubara sudah mulai meningkat. Terakhir perusahaan ini mendapatkan kontrak dari PT Adidaya Tangguh di Pulau Taliabu Maluku Utara untuk memproduksi sekitar 13 juta bank cubic meter (bcm) bijih besi di lahan 100 ha. Nilai kontraknya lumayan besar, mencapai US$ 187 juta. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Cipta Kridatama minat bisnis semen dan jalan tol
JAKARTA. Tekanan harga batubara dalam kurun dua tahun terakhir memang membuat sebagian pelaku bisnis di sektor ini terutama pemilik izin tambang, mencoba untuk banting setir. Tak ayal kondisi ini ikut mengganggu ritme bisnis kontraktor batubara. Hal ini juga dirasakan oleh kontraktor batubara, PT Cipta Kridatama (CK). Menyusutnya aktivitas pertambangan batubara, membuat anak usaha PT ABM Investama Tbk., ini mulai menjajal bisnis baru yang masih berkaitan dengan sewa-menyewa alat berat dan keruk-mengeruk bahan tambang dan lahan. Salah satu bisnis yang kini tengah mereka jajaki adalah menjadi kontraktor eksploitasi bahan baku bagi perusahaan semen. "Saat ini banyak pendirian perusahaan semen baru, atau menambah kapasitas produksi, kami tengah menjajaki kerjasama dengan mereka," kata Presiden Direktur PT Cipta Kridatama Irfan Setiaputra kepada KONTAN di kantornya pekan lalu. Memang, hingga kini Cipta Kridatama belum secara resmi mendapatkan pekerjaan dari produsen semen ini. Sebab manajemen CK saat ini masih mengkalkulasi apakah bisnis ini bisa mendatangkan cuan yang cukup bagi perusahaan di masa depan. Sebagai gambaran, secara karakteristik, eksploitasi bahan baku semen jelas berbeda dengan batubara. Jika di bisnis pengerukan batubara CK bisa mengoperasikan alat berat dengan tidak terbatasi oleh jam kerja, di pabrik semen rata-rata alat berat bekerja kurang dari 12 jam. Kondisi ini yang menyebabkan perhitungan biaya operasional berbeda dengan tambang batubara. "Ada waktu idle bagi alat berat sekitar delapan jam, kami harus cermat," katanya. Pun demikian, Irfan berharap tahun ini bisa menjajal bisnis ini, untuk bisa memastikan kelayakan apakah bisa dikembangkan di masa mendatang. Selain menjajal kerjasama menjadi kontraktor bagi pabrik semen, Irfan bilang CK juga berupaya menangkap potensi bisnis dari proyek infrastruktur pemerintah, seperti proyek pembangunan jalan tol. Nah untuk proyek ini, CK sudah punya sedikit pengalaman, yakni pada saat menggarap pengolahan lahan jalan tol di ruas Pejagan–Pemalang, seksi 2. Proyek tersebut hanya berjangka waktu sekitar enam bulan, dan nilai kontraknya masih mini. Nah kini, CK tengah mengincar proyek jalan tol yang lain, misalnya salah satu seksi di ruas jalan tol Ciawi–Sukabumi. "Kami masih menunggu proses tendernya," kata Irfan. Soal proyek lain yang diincar, Irfan berharap bisa mengerjakan pengolahan lahan di ruas jalan tol di pulau Jawa. Secara menyeluruh, ke depan bisnis non pertambangan diharapkan bisa menyumbang sekitar 30% dari pendapatan Cipta Kridatama. Kapan akan dicapai? Manajemen CK tidak mematok target pasti, karena saat ini bisnis pertambangan masih lebih dari 95% dari total penghasilan CK. Meskipun demikian, porsi pertambangan non batubara sudah mulai meningkat. Terakhir perusahaan ini mendapatkan kontrak dari PT Adidaya Tangguh di Pulau Taliabu Maluku Utara untuk memproduksi sekitar 13 juta bank cubic meter (bcm) bijih besi di lahan 100 ha. Nilai kontraknya lumayan besar, mencapai US$ 187 juta. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News