KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Ciputra Development Tbk (CTRA) mencetak pendapatan pra-penjualan alias
marketing sales senilai Rp 6,5 triliun hingga periode kuartal ketiga 2022. Direktur Ciputra Development Tulus Santoso menyampaikan realisasi
marketing sales hingga bulan September itu setara dengan 79% dari total target tahun ini. Adapun CTRA mematok target
marketing sales sekitar Rp 8,2 triliun sepanjang 2022. Tulus yakin target
marketing sales tersebut bisa dicapai oleh CTRA.
"Iya, tetap optimis dengan melihat (pertumbuhan)
year on year dan capaian di kuartal III 2022," kata Tulus kepada Kontan.co.id, Sabtu (8/10).
Baca Juga: Bisi International (BISI) Berikhtiar Penuhi Target Kinerja Tahun Ini Jika dibandingkan periode kuartal III-2021, raihan
marketing sales CTRA per September 2022 mencapai pertumbuhan di level 30%. Proyek-proyek hunian di wilayah Jabodetabek, Surabaya, Makassar dan Medan menopang penjualan CTRA sepanjang sembilan bulan 2022. Pada kuartal IV-2022 ini, CTRA masih tetap fokus ke segmen
landed residensial. Meski
marketing sales tumbuh cukup signifikan, namun CTRA tidak agresif menggelontorkan belanja modal alias
capital expenditure (capex). Tulus bilang, realisasi capex CTRA berkisar di angka Rp 600 miliar, yang sebagian besar dipakai untuk pembelian tanah. "Capex tidak ada yang signifikan," imbuh Tulus. Secara umum, Tulus memandang pemberian insentif berupa Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) telah berdampak positif bagi industri properti. Bagi CTRA sendiri, insentif ini telah menopang sekitar 30% dari total penjualan pada tahun lalu. Sayangnya, insentif PPN DTP itu sudah berakhir pada 30 September 2022 lalu. Stimulus pajak berakhir di tengah lonjakan inflasi dan tren suku bunga tinggi yang bisa membebani sektor properti. Oleh sebab itu, Tulus pun berharap pemerintah bisa menimbang pemberian insentif serupa. "Akan bagus kalau diteruskan. Sebelumnya karena covid, sekarang lebih karena inflasi. PPN DTP menggerakkan minat pembeli dan juga pengembang berlomba meluncurkan produk baru," tandas Tulus.
Baca Juga: Matahari Department Store (LPPF) Merilis Identitas dan Citra Baru Gerai Matahari Jika dilihat dari pergerakan sahamnya, CTRA mengalami penurunan 1,56% ke harga Rp 945 pada perdagangan Jum'at (7/10). Meski begitu, CTRA masih menjadi saham pilihan sejumlah analis yang menarik dikoleksi sebagai investasi.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei menjagokan saham CTRA dengan target harga hingga Rp 1.500. Alasannya, CTRA punya lokasi yang paling terdiversifikasi, terutama di luar Jawa dan daerah penghasil komoditas. "CTRA juga memiliki neraca yang kuat sehingga tetap dapat ekspansif. Juga pendapatan berulang yang stabil dari bisnis mall, hotel dan rumah sakit," jelas Jono. Sedangkan menurut
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo, saham CTRA menarik dikoleksi dengan strategi
buy on weakness. Area
support saham CTRA berada di harga Rp 865, dan
resistance pada area Rp 1.020. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi