Ciputra menyisir cuan di pantura



JAKARTA. Semakin minimnya lahan yang tersedia di kawasan Jabodatabek melecut para pengembang properti  untuk mencari lokasi pengembangan baru. PT Ciputra Development Tbk memilih menyisir wilayah di jalur pantai utara alias pantura Pulau Jawa. Beberapa kota yang telah dikembangkan adalah Cirebon, Tegal dan Pekalongan.

Bukan tanpa alasan perusahaan berkode CTRA di Bursa Efek Indonesia itu memilih pantura. Di Tegal misalnya, Ciputra Development memilih pengembangan proyek di kawasan Sipelem, yang jaraknya cuma 200 meter (m) dari jalan raya pantura.

Selain lokasi yang strategis, rencana pengembangan infrastruktur pemerintah juga dianggap sebagai katalis positif. Semisal pengembangan wisata mangrove dan pelabuhan bisnis ikan yang mendorong Ciputra Development memilih Pekalongan.


Lantas, beberapa katalis positif Cirebon seperti pembangunan jalur kereta double track dan tol Cikampek - Palimanan. Ada pula rencana pembangunan pelabuhan internasional dan bandar udara Majalengka dalam dua tahun ke depan.

Selain mengandalkan proyek infrastruktur pemerintah, Ciputra Development yang mengembangkan proyek di Cirebon, melalui PT Ciputra Nusa Mitra, juga membangun infrastruktur sendiri. "Kami membangun jalan sepanjang satu kilometer dari Ciremai Raya sampai Lobunta. Ini bukan cuma akses untuk penghuni kami, tapi juga menjadi jalan umum," ujar Yohanes Sukiman, Project Manager Ciputra Nusa Mitra.

Asal tahu saja, di Kota Udang Cirebon, Ciputra Nusa tengah melanjutkan pengembangan proyek Citraland Cirebon. Proyek yang berada di Kecamatan Harjamukti itu menempati lahan 40 hektare (ha). Citraland Development membangun perumahan kluster, rumah toko (ruko) dan rumah kantor (rukan).

Target Rp 305 miliar

Dibandingkan Tegal dan Pekalongan, Cirebon adalah kota terbaru yang Ciputra Development kembangkan. Lebih jelasnya, berikut pengembangan proyek di Tegal dan Pekalongan.

Pertama, proyek Citraland Tegal. Di kota itu, Ciputra Development mengelola lahan seluas 10 ha. Sejak Juni 2012, perusahaan itu sudah mendirikan tiga kluster residensial dan tiga blok ruko.

Alih-alih meneruskan pembangunan di Sipelem itu, Ciputra Development memilih akan menambah tabungan lahannya. "Kami akan menambah lahan baru seluas 35 ha sehingga total lahan menjadi 45 ha," ujar Oktab R. Riyanto, Project Manager Citraland Tegal, tanpa menyebutkan nilai belanja lahan tersebut.

Kedua, proyek Citra Garden Pekalongan. Luas lahan proyek di Kota Batik itu sama dengan di Tegal, yakni 10 ha. Di lahan tersebut akan dibangun properti residensial.

Meski berada di pinggir jalan pantura, Ciputra Development tak sungkan membanderol harga. Di Cirebon, perusahaan itu pasang harga Rp 700 juta - Rp 1 miliar untuk 1 unit rumah. Sedangkan harga ruko dimulai dari Rp 1 miliar. Lantas, harga huniannya di Tegal berkisar Rp 600 juta - Rp 3 miliar, sedang harga ruko Rp 1 miliar - Rp 2 miliar.

Hanya di Pekalongan, Ciputra Development tak berani pasang harga tinggi. "Sulit mau menjual yang menengah ke atas di kota ini. Jadi lebih baik menyasar pasar yang ke bawah dulu, tapi optimal," ungkap Adhimi Margiarto Project Officer Citra Garden Pekalongan. Dus, harga huniannya di kota itu, saat ini sekitar Rp 188 juta per unit.

Dari pengembangan proyek  di tiga kota pantura, Ciputra Development menargetkan pendapatan dari penjualan alias marketing sales Rp 305 miliar. Perinciannya, marketing sales di Cirebon Rp 200 miliar. Lantas, marketing sales di Tegal dan Pekalongan masing-masing  Rp 85 miliar dan Rp 20 miliar.

Selain tiga kota itu, Ciputra Development bakal mengembangkan Serang dan Batang. "Prioritas utama adalah Serang. Masih banyak potensi di Jawa," kata Adhimi tanpa menyebutkan detailnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anastasia Lilin Yuliantina