Ciputra revisi target marketing sales



JAKARTA. Bisnis properti yang mulai mengendur di penghujung tahun ini rupanya PT Ciputra Development Tbk (CTRA) alami. Induk usaha PT Ciputra Property Tbk (CTRP) dan PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) ini terpaksa memangkas target penjualan properti (marketing sales) di 2013 ini, dari yang semula Rp 10 triliun tergerus menjadi Rp 9 triliun.

Menurut Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Ciputra, Tulus Santoso Brotosiswojo, penjualan selama Agustus 2013 hingga September 2013 lalu merosot hingga separuh dibanding bulan-bulan sebelumnya. Penyebabnya adalah bunga kredit pemilikan rumah (KPR) yang makin tinggi.

Bagi Ciputra, pembelian lewat KPR mendominasi hingga separuh dari total transaksi. "Kami bisa saja menawarkan opsi pembayaran tunai atau tunai bertahap, tapi hanya kalangan tertentu saja yang mampu dengan cara ini," ujar Tulus ketika dihubungi KONTAN, Senin (2/12).


Meski begitu, Tulus mengklaim penjualan mulai November 2013 membaik lantaran Ciputra baru saja meluncurkan beberapa proyek residensial baru. Antara lain di Cirebon, Makassar, dan Balikpapan.

Masing-masing proyek punya luas kurang lebih 20 hektare (ha). Target yang Ciputra bidik adalah kalangan kelas menengah. Adapun hingga Oktober 2013, Ciputra sudah mengantongi pendapatan penjualan Rp 8 triliun.

Meski ada revisi pendapatan penjualan, Ciputra tetap mempertahankan target pendapatan dan laba bersih untuk tahun ini. Masing-masing sebesar Rp 6 triliun untuk pendapatan dan laba bersih mencapai Rp 930 miliar.

Tulus bilang, pendapatan dan laba bersih berasal dari penjualan tahun lalu yang baru dibukukan tahun ini, sehingga tidak perlu ada revisi.

Tahun depan, Ciputra masih akan menjadikan proyek residensial sebagai tulang punggung pendapatan. Perusahaan ini sudah menyiapkan antara 20 proyek hingga 25 proyek baru yang lokasinya tersebar di seluruh Indonesia. Target tetap sama, yakni kelas menengah. Namun, Tulus bilang, waktu peluncuran proyek akan disesuaikan dengan kondisi pasar.

Adanya kondisi ini membuat Ciputra belum bisa mematok target kinerja maupun belanja modal pada tahun depan. Namun Tulus memproyeksikan industri properti hanya bisa tumbuh 10%-15% di 2014 nanti. Jelas melambat dibanding pertumbuhan bisnis properti selama tiga tahun terakhir yang mencapai 30%.

Menurut Tulus, ada dua faktor yang membawa dampak paling besar terhadap kelangsungan bisnis properti tahun depan. Yaitu suku bunga bank dan kurs rupiah. Keduanya mempengaruhi harga properti yang pada akhirnya mempengaruhi daya beli masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon