KONTAN.CO.ID - Ada banyak cara pola asuh yang diterapkan pada anak mulai dari otoriter sampai otoritatif. Berikut 4 ciri pola asuh yang berbeda-beda dan dampaknya pada tumbuh kembang anak. Gaya parenting atau pola asuh yang baik semakin banyak disadari oleh banyak orang tua muda saat ini. Kondisi ini berbeda dengan masa lalu ketika belum banyak akses informasi dan edukasi tentang gaya pola asuh yang benar.
Jangan sampai salah mendidik anak, berikut berbagai gaya pola asuh dan dampaknya pada karakter anak Anda. Baca Juga: Love Scout Peringkat 2, Ini 7 Drakor Rating Tertinggi di Minggu Terakhir Januari 2025
Pola Asuh Otoriter
Menurut situs Welsh Goverment services and information, ada 4 tipe gaya parenting. Salah satunya adalah gaya parenting otoriter. Otoriter (authoritarian parenting) berarti berkuasa penuh dan satu arah dari orangtua kepada anak dengan peraturan yang ketat. Gaya parenting atau pola asuh otoriter banyak diterapkan oleh orang tua pada jaman dahulu. Berikut ciri-ciri pola asuh otoriter:- Orang tua mendikte setiap tindakan anak
- Memberikan banyak aturan pada kehidupan sehari-hari anak
- Langsung memberikan hukuman setiap kali anak membuat kesalahan
- Memberikan perintah tanpa peduli perasaan anak
- Jarang memberikan pujian saat anak melaksanakan tugasnya dengan baik
- Sering memarahi atau membentak anak
- Memberikan ekspektasi terlalu tinggi pada anak
- Tidak percaya pada kata-kata anak
- Anak sulit belajar tanggungjawab karena keinginannya sendiri
- Anak sulit menentukan pilihannya sendiri
- Anak menjadi agresif/pemarah
- Anak menjadi pendiam dan jarang mengungkapkan pendapatnya
- Anak sulit membuat keputusan sendiri
- Anak tidak memiliki rasa percaya diri
Pola Asuh Permisif
Selanjutnya ada permissive parenting atau pola asuh permisif yang lebih dekat pada anak dibandingkan pola asuh otoriter. Menurut situs National Library of Medicine (NIH), permissive parenting menggunakan sikap yang hangat dan mengasuh dengan baik. Pola asuh permisif mengedepankan gaya komunikasi yang lebih terbuka antara anak dan orang tua agar anak bisa lebih mandiri hadapi situasi. Apa saja ciri dari pola asuh permisif tersebut?- Menggunakan gaya komunikasi yang terbuka
- Lebih mendengarkan pendapat dan perasaan anak
- Mengedepankan kebebasan
- Memperbolehkan anak menentukan pilihannya sendiri
- Tidak terlalu menuntut kewajiban pada anak
- Anak mendapatkan kebebasan
- Anak bisa menentukan pilihannya sendiri
- Meningkatkan rasa percaya diri anak
- Anak kurang disiplin pada pola makan dan asupan makan
- Anak tidak bisa memberikan batasan pada banyak hal
- Anak menjadi tidak disiplin
- Anak menjadi impulsif
- Anak menjadi egois
Pola Asuh Otoritatif
Authoritative parenting atau pola asuh otoritatif bisa diterapkan agar anak bisa lebih mengatur emosinya dengan baik. Menurut situs National Library of Medicine (NIH), authoritative parenting menunjukkan pola asuh yang lebih dekat dan penuh kasih sayang. Sedikit berbeda dari pola asuh permisif, pola asuh otoritatif memberikan arahan yang jelas tentang aturan dan ekspektasi orang tua pada anak. Orang tua dengan pola asuh otoritatatif juga akan menjelaskan alasan dari dibuatnya aturan-aturan yang diberikan pada anaknya. Berikut ciri-ciri pola asuh otoritatif:- Memberikan metode disiplin yang berbeda dari hukuman
- Memberikan penjelasan yang baik tentang aturan pada anak
- Mengajak anak menentukan target
- Menerapkan pola komunikasi yang lebih jelas
- Mengajarkan disiplin dan kesabaran pada anak sekaligus orang tua
- Mengajarkan tanggungjawab pada anak
- Membuat anak lebih percaya diri
- Anak bisa lebih bertanggungjawab menentukan pilihan yang baik
Pola Asuh Abai
Satu lagi pola asuh yang sering diterapkan oleh orang tua adalah pola asuh abai atau uninvolved parenting. Pola asuh ini sering terjadi ketika orang tua tidak memiliki banyak waktu untuk memperhatikan anak karena fokus pada pekerjaan. Pola asuh abai juga sering terjadi ketika orang tua kelelahan saat bekerja sehingga tidak memberikan banyak batasan atau aturan pada anak. Berikut ciri-ciri pola asuh abai pada anak:- Orang tua tidak meluangkan banyak waktu bersama anak
- Orang tua selalu sibuk sendiri
- Lebih mementingkan hal lain dibandingkan kebutuhan anak
- Kurangnya kedekatan antara orang tua dan anak
- Anak tidak tahu batasan cara bersikap dan aturan sehari-hari
- Anak kurang kasih sayang dan perhatian dari orang tua