KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Cisadane Sawit Raya Tbk (
CSRA) mencatatkan penjualan sebesar Rp 377,2 miliar di semester I 2023. Penjualan CSRA ini turun 27,7% dari semester I 2022 yang sebesar Rp 521,54. Penurunan tersebut disebabkan oleh menurunnya produksi internal di tengah turunnya harga jual rata-rata (ASP). Seiring dengan turunnya pendapatan, laba bruto pada semester I 2023 tercatat menurun 48,6% menjadi Rp 179,46 miliar dari Rp 349,12 miliar di semester I 2022.
Laba periode berjalan CSRA pada semester I 2023 mengalami penurunan sebesar 72,4% ke Rp 49,18 miliar dari Rp178,01 miliar pada semester I 2022. Artinya, ada penurunan 13,0%.
Baca Juga: Cisadane Sawit Raya (CSRA) Sebut Bisnis Sawit Lebih Menantang pada 2023 Nilai total aset CSRA pada semester I sebesar Rp1,81 triliun, naik dari 31 Desember 2022 yang sebesar Rp1,78 triliun. Sementara itu, total liabilitas perusahaan di semester I 2023 sebesar Rp795,33 miliar, turun dibandingkan dengan akhir tahun 2022 yang sebesar Rp872,13 miliar. Direktur Keuangan & Pengembangan Strategis Seman Sendjaja mengatakan, pendapatan CSRA terganggu di semester I 2023 akibat kondisi cuaca yang kurang baik, sehingga mengganggu panen di beberapa lokasi tanaman dewasa yang terletak pada kebun di region Sumatera Utara. Dampak jangka panjang dari El Nino dapat diamati. Cuaca panas yang berhubungan dengan El Nino dapat mengakibatkan turunnya curah hujan dan ‘efek stres’ terhadap pohon sawit. Hal itu menyebabkan hasil panen di bawah ekspektasi yang ditetapkan terutama dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. “Namun demikian, pertumbuhan panen yang berasal dari tanaman muda di region Sumatera Selatan cukup baik walaupun belum sebanding dengan level produksi di region Sumatera Utara,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (1/7). Pada tahun 2023, produksi kelapa sawit CSRA kemungkinan akan turun apabila prediksi pola cuaca akibat El Nino benar terjadi di semester II. Kondisi cuaca kering akibat El Nino tidak dapat direkayasa melalui intervensi terpadu. Frekuensi perubahan iklim yang semakin meningkat serta munculnya El Nino dapat meningkatkan potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
Oleh karena itu, CSRA pesimistis dapat mencapai pertumbuhan target produksi kelapa sawit (CPO) sebesar 10% di tahun 2023, sebagaimana yang sempat disampaikan di awal tahun.
Untuk meningkatkan kinerja produktivitas, CSRA akan menginvestigasi faktor penunjang lain yang dapat mendukung peningkatan produksi kelapa sawit. Faktor tersebut termasuk metode pemupukan, pengelolaan air, dan strategi menanggulangi hama. CSRA melaksanakan langkah-langkah tersebut dengan disiplin dan urgensi. “Jika El Nino mulai terbentuk di bulan Agustus, maka akan menyebabkan kekeringan pada semester kedua, walaupun dampak signifikan dari El Nino baru benar-benar terasa di tahun 2024,” paparnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .