Cisadane Sawit Raya (CSRA) Kantongi Penjualan Rp 765 Miliar per Kuartal III-2022



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) membukukan pertumbuhan penjualan bersih 17,2% secara tahunan atau year on year (YoY) menjadi Rp 765,16 miliar hingga kuartal III-2022. Pada periode yang sama tahun lalu, penjualan CSRA mencapai Rp 653,04 miliar.

Peningkatan yang signifikan tersebut sebagian besar berasal dari tren positif kenaikan harga jual komoditas minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). Lonjakan laba bersih juga disebabkan oleh penerapan strategi kontrol biaya dan operasional yang ramping.

CSRA berhasil mencapai pertumbuhan pendapatan yang kuat pada periode Januari-September 2022. Melanjutkan dari kuartal sebelumnya, peningkatan perolehan berasal dari tingginya harga jual rata-rata (ASP). Di samping itu, CSRA juga berhasil membukukan peningkatan produksi Tandan Buah Segar (TBS) internal yang lebih ekonomis sebagai akibat dari penerapan strategi operasional yang efektif.


Laba usaha CSRA per kuartal III-2022 meningkat 28,7% menjadi Rp 364,08 miliar dari Rp 282,80 miliar per kuartal III-2022. Margin usaha CSRA naik menjadi 47,6% per kuartal III-2022 dari 43,3% pada periode yang sama tahun lalu. Perbandingan margin usaha yang baik ini terutama didorong oleh pertumbuhan pendapatan yang kuat diimbangi oleh manajemen biaya yang mumpuni.

Laba bersih CSRA per kuartal III-2022 ditutup pada posisi Rp 247,7 miliar atau meningkat 38,6% dari Rp178,7 miliar per kuartal III-2021, sehingga menghasilkan ekspansi margin bersih ke level 32,4%.

Baca Juga: Ditopang Harga CPO, Penjualan & Laba Bersih Cisadane Sawit Raya (CSRA) Naik Dua Digit

Posisi aset CSRA berada di Rp 1,84 triliun, lebih tinggi dari posisi 31 Desember 2021 di level Rp 1,75 triliun. Sementara itu, total liabilitas CSRA per kuartal III-2022 tercatat sebesar Rp 835,38 miliar dibandingkan dengan Rp 971,95 miliar pada akhir tahun 2021 sementara ekuitas CSRA mencapai Rp 1,01 triliun dibandingkan Rp 781,28 miliar pada akhir tahun lalu.

Dengan pencapaian yang diraih tersebut, CSRA kembali menunjukkan itikad nya dalam memberikan komitmen penuh untuk secara berkesinambungan memberikan kontribusi optimal kepada seluruh pemangku kepentingan.

Di tengah iklim makroekonomi yang rumit, CSRA tetap berada dalam kondisi yang sehat berkat kemampuan dalam menerapkan strategi kontrol biaya dan operasional yang ramping. Keberadaaan pandemi dan ketidakpastian geopolitik menghambat pertumbuhan ekonomi. CSRA pun tetap memantau situasi tersebut dan selalu siaga dalam bertindak.

Seperti halnya tren global terhadap green carbon dan mobil listrik terus menjadi pembahasan, CSRA secara tidak langsung diuntungkan dengan semakin berkembangnya investasi pada biofuel. Banyak negara yang berusaha untuk mengamankan pasokan energi, di mana hal tersebut mengarah pada peningkatan energi terbarukan.

“Hasil yang kami raih pada kuartal ketiga 2022 adalah refleksi dari kelincahan bisnis kami, keunggulan portofolio kami yang ramping, serta keputusan langkah yang kami terapkan untuk tumbuh menghadapi tantangan dalam beroperasi dan tantangan kondisi makroekonomi,” ujar Seman Sendjaja, Direktur Keuangan & Pengembangan Strategis CSRA dalam siaran pers, Jumat (28/10).

Baca Juga: Cisadane Sawit Raya (CSRA) Proyeksikan Harga Sawit Masih Akan Tinggi Sepanjang 2022

Terlepas dari kinerja CSRA yang menguntungkan, tarik ulur harga CPO masih tetap terjadi sejalan dengan naiknya produksi. Meningkatnya suplai minyak nabati dari Amerika dan Eropa, di tengah pelemahan permintaan terkait adanya isu resesi kemungkinan membawa dampak pada rentannya harga CPO pada tahun 2023.

Walaupun harga CPO saat ini masih dalam harga keekonomian, kondisi yang tidak pasti ini harus menjadi perhatian. Atas dasar tersebut, CSRA memandang perlunya prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko.

Dalam menunjang pertumbuhan usaha CSRA akan terus melanjutkan pengembangan mekanisasi dan pemanfaatan teknologi. Mekanisasi panen merupakan strategi untuk meningkatkan efektivitas usaha dan efisiensi. CSRA berpendapat, gagasan tersebut bersamaan dengan pengembangan penggunaan teknologi dan penyempurnaan proses bisnis akan menempatkan posisi CSRA pada level pertumbuhan pendapatan yang terukur dalam jangka menengah sehingga membuat Perusahaan dapat terus memperhatikan dengan seksama skala keekonomian yang tertanam dalam bisnis modelnya.

Sampai dengan akhir tahun 2022, belanja modal CSRA sebesar Rp 200 miliar sebagaimana telah direncanakan diharapkan dapat tercapai sehingga memenuhi kebutuhan investasi strategis perusahaan dalam pengembangan pabrik kelapa sawit di kabupaten Labuhan Batu dan Tapanuli Selatan, termasuk juga kebutuhan belanja modal lainnya.

Baca Juga: Pelonggaran Ekspor Menyuburkan Harga CPO dan Prospek Produsen Sawit

Selanjutnya, strategi untuk mendukung green growth dan keberlanjutan akan menjadi agenda utama CSRA dengan mengedepankan sertifikasi dan ketelusuran (traceability) di seluruh operasional perusahaan. CSRA fokus pada pendayagunaan sumber daya, serta upaya dan usaha pada kebijakan keberlanjutan yang pada tahap awal adalah dengan memperoleh sertifikasi Indonesia Sustainability Palm Oil (ISPO) untuk seluruh kebun-kebun perusahaan.

Saat ini, seluruh kebun CSRA yang berlokasi di region Sumatera Utara telah memperoleh sertifikasi ISPO. Di samping itu, proses sertifikasi ISPO juga sedang berlangsung untuk kebun-kebun PT SSG dan PT ABI yang berlokasi di region Sumatera Selatan yang ditargetkan memperoleh sertifikasi ISPO pada tengah tahun 2023.

Sertifikasi tersebut memberikan tolok ukur bagi kinerja operasional CSRA terhadap berbagai standar keberlanjutan baik secara nasional maupun internasional, sehingga dapat mendukung bisnis kelapa sawit yang berkelanjutan.

“Dengan melandasi pentingnya akuntabilitas dan transparansi, manajemen CSRA berharap pertumbuhan pendapatan selama tahun 2022 dapat menyentuh 12% dibandingkan tahun lalu," tandas Seman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati