KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) menyebut bisnis sawit pada 2023 tampak lebih menantang. Direktur Cisadane Sawit Raya Seman Sendjaja mengatakan, harga rata-rata penjualan atau average selling price (ASP) minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) milik CSRA mengalami penurunan ketika memasuki tahun 2023. Hal ini tentu berdampak pada hasil kinerja keuangan CSRA yang mana pendapatan perusahaan turun 27,7% year on year (YoY) menjadi Rp 184 miliar pada kuartal I-2023. Begitu pula dengan laba bersih CSRA yang tergerus 77,2% YoY menjadi Rp 24 miliar.
Di atas kertas, peluang kenaikan harga CPO selepas kuartal pertama masih cukup terbuka. "Tetapi tren kenaikannya tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya," ujar Seman dalam paparan publik, Selasa (16/5). Baca Juga: Cisadane Sawit Raya (CSRA) Optimitis Produksi CPO Naik Signifikan di Kuartal III-2023 Maka dari itu, CSRA berupaya memperkuat produktivitas kebun sawitnya dengan harapan kuantitas produksi yang tinggi akan mengimbangi risiko harga jual yang rendah. Tahun ini CSRA menargetkan produksi sawit di kisaran 380.000 ton. Sementara pada 2022, CSRA memproduksi 389.375 ton tanaman sawit yang mayoritas berupa tandan buah segar (TBS) yakni 89%, sedangkan produksi CPO dan inti sawit berkontribusi masing-masing 9% dan 2%. Hanya saja, upaya menjaga produktivitas tanaman bukan perkara mudah bagi CSRA. Sebab, kemarau berkepanjangan berpotensi terjadi seiring fenomena El-Nino yang diprediksi berlangsung pada semester kedua 2023. Dampak El Nino bakal terasa pada kinerja operasional CSRA pada tahun depan.
CSRA Chart by TradingView