KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Tripar Multivision Plus Tbk (
RAAM) akhirnya melantai di BEI pada Senin (8/5) lalu. Aksi korporasi ini baru dilakukan meski pernah mendapat tawaran untuk IPO sejak 20 tahun lalu. Alasannya bijak. Raam Punjabi, Komisaris Utama dan Founder Tripar Multivision Plus tidak rela menggunakan uang masyarakat tanpa memberikan hasil yang cemerlang. 20 tahun lalu, Raam melihat industri film nasional masih berada jauh di bawah industri film barat yang penontonnya hampir 99%. Maka, Raam menolak tawaran untuk IPO pada saat itu karena prospek yang kurang baik dalam dunia perfilman.
“Memang (dalam) 20 tahun saya mungkin sudah menikmati dana itu, tapi mungkin saya nikmati hanya di kantong saya, tidak dalam bisnis saya,” ujarnya ketika ditemui dalam pencatatan saham perdana RAAM di Jakarta, Senin (8/5).
Baca Juga: Sukses Gelar IPO, Tripar Multivision (RAAM) Siap Rilis Film Baru Alhasil, setelah 20 tahun kemudian, kualitas industri film Indonesia pun mengalami berkembang. Hal tersebut didorong peran tenaga kreatif yang berkomitmen memproduksi film yang berkualitas dari segi teknis dan segi hiburan. Raam menyebut pemasaran film di Indonesia sudah mencapai 55% dibandingkan tahun 70-an yang hanya sebesar 1%. Ia menargetkan angka tersebut akan terus melonjak ke posisi 80% di kemudian hari berkat peran Multivision dalam industri ini. Melihat perkembangan tersebut, Raam menilai kondisi industri perfilman dan pertelevisian sudah semakin mantap dengan kebutuhan yang semakin besar. Dengan itu, ia membulatkan tekad untuk IPO agar Multivision Plus dapat mengisi kebutuhan tersebut. “Saya merasa yakin kalau Multivision patut menjadi anggota dari BEI dan menawarkan bursanya kepada masyarakat untuk menjadi bagian dari multivision plus,” ucapnya optimis. Menggunakan kode saham RAAM, Tripar Multivision Plus Tbk menawarkan 929,2 ribu saham dalam IPO dengan harga Rp 234 per lembar saham. Hasilnya, RAAM meraup dana segar dari IPO sebesar Rp 217,43 miliar. Pandemi Usai, Industri Film Menggeliat Meredanya pandemi juga menjadi dorongan bagi Multivision untuk mengembangkan bisnisnya. Hal ini dikarenakan selama pandemi, bioskop merupakan salah satu industri yang sangat terdampak akibat pembatasan sosial. Sementara industri pertelevisian cukup diuntungkan karena anjuran bagi masyarakat untuk stay at home yang membuat penggunaan televisi kian meningkat. Namun, ketika pandemi mereda, di sinilah saat bagi bioskop untuk bangkit. Raam menyebut bioskop menjadi salah satu pilihan hiburan paling nyaman dan murah bagi masyarakat untuk melepas rasa jenuh selama berada di rumah.
Baca Juga: IPO Tripar Multivision Plus (RAAM) Alami Oversubscribed 88,01 Kali Raam pun melihat momen ini menjadi dorongan bagi perusahaannya untuk maju. Melihat film Indonesia yang disukai oleh masyarakat dan pelaku film yang sudah mengerti keinginan masyarakat, emiten rumah produksi film ini semakin yakin untuk bergerak mencapai target 80% penonton Indonesia. Selain itu, untuk terus mempertahankan eksistensinya di dunia perfilman, Multivision memiliki cita-cita untuk menjadi perusahaan besar seperti Disney ataupun Warner Bros. Hal ini menjadi target yang ingin dicapai oleh Raam Punjabi. Ia menyebut Multivision didirikan tak hanya untuk sekadar mengumpulkan profit, tetapi agar bisa menjadi legacy yang hidup selamanya seperti Warner Bros dan Disney. “Saya kira itu tidak sulit asal punya niat, asal punya tim, kerja keras, dan komitmen,” terang Raam. Untuk mencapai target tersebut, Multivision telah menetapkan beberapa rencana kedepannya. Sejak Mei hingga Desember 2023, Multivision akan menerbitkan 6 film. Sementara di tahun 2024 akan terbit 12 film. Pada tahun 2024, Multivision pun akan mengembangkan platform baru yakni OTT (Over The Top). OTT merupakan media atau platform streaming menyajikan film, acara televisi, maupun serial yang diakses lewat internet. Metode ini memberikan kebebasan bagi pengguna untuk menonton konten apapun dengan waktu kapanpun tanpa harus mengikuti jadwal tayang selama memiliki perangkat yang terkoneksi dengan internet. Targetnya, Multivision akan menerbitkan 10 serial OTT sepanjang 2024 dengan masing-masing terdiri dari 10 episode. Tiap episode akan berdurasi 1 jam sehingga total terdapat 100 jam yang akan digarap Multivision di tahun depan khusus untuk OTT. Berkaca dari platform OTT yang sudah existing seperti Netflix, Amazon, dan Vidio, Multivision menargetkan performa OTT yang minimal sejajar dengan ketiga platform tersebut. Dana yang dikucurkan Multivision untuk mengembangkan platform baru pun cukup besar. Raam Punjabi menyebut akan menggunakan dana IPO sebesar 81% untuk program OTT televisi dan OTT Free to Air. Sementara 19% sisanya akan digunakan untuk mengembangkan bioskop.
Persentase investasi di OTT cukup besar karena dinilai memiliki prospek yang positif bagi perusahaan. “Itu adalah sumber keuangan yang besar dan di tahun 2024 seperti saya katakan, Indonesia masih butuh bioskop kurang lebih 10.000 layar, yang ada cuma 3.000. Nah, betapa besar kesempatan yang ada untuk lebih memantapkan industri perbioskopan,” jelasnya.
Ke depannya, Multivision juga berencana untuk melaksanakan aksi korporasi untuk ekspansi perusahaan. Raam menyebut rencana tersebut ditujukan untuk menguntungkan perusahaan dan masyarakat pemegang saham. Namun, bentuk aksi korporasi tersebut masih dalam rencana sembari memantau animo masyarakat. “Tidak hanya mengumpulkan dana yang tidak bisa dipakai, saya gak mau jualan yang gak bisa dilaksanakan,” tutupnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .