Citatah memburu pasar ekspor marmer



JAKARTA. Pelemahan nilai rupiah terhadap mata uang dollar Amerika Serikat (AS) membuka peluang bagi perusahaan yang berbasis ekspor. Seperti yang dilakukan perusahaan marmer PT Citatah Tbk yang ingin menggenjot ekspor tahun ini. 

Tiffany Johanes, Direktur dan Corporate Secretary Citatah mengatakan, perusahaan ini tengah membidik kenaikan ekspor tahun hingga 50%. Adapun produk yang dipersiapkan untuk ekspor adalah marmer yang memiliki nilai tambah tinggi. "Sebagian besar kenaikan permintaan produk marmer kami berasal dari China, Malaysia dan Korea,” terang Tiffany kepada KONTAN akhir tahun 2014.

Selain menambah volume ekspor ke negara tujuan ekspor yang sudah ada, perseroan ini berencana menambah daerah tujuan ekspor baru. Mereka membidik pasar ekspor baru ke negara-negara di kawasan Timur Tengah juga ke Jepang. 


Kalau tidak ada aral melintang, Citatah akan mulai bulan Februari 2015 mendatang, akan mengapalkan marmer menuju Malaysia dan Taiwan. Citatah menyatakan saat ini telah mendapatkan pesanan dari dua proyek properti skala besar yang ada di dua negara tersebut.

Tak hanya menggenjot kinerja dari ekspor saja, perusahaan ini juga menargetkan pertumbuhan penjualan di dalam negeri sebesar 20% tahun ini. Kenaikan penjualan dari dalam negeri diharapkan datang dari kenaikan proyek properti perumahan pada tahun 2015.

Selain itu, saat ini mereka juga agresif menyasar pasar marmer untuk proyek properti komersial seperti perkantoran. Proyek apartemen kelas menengah atas di Jakarta dan Bali juga tak luput. Segmen ini mereka bidik karena tidak terkena dampak kenaikan tingkat suku bunga acuan BI rate.

Meski telah menjelaskan strategi menggenjot kinerja tahun ini, namun perusahaan enggan menyebutkan target pendapatan tahun ini. Yang pasti, porsi ekspor diharapkan menyumbang 30% dari total penjualan. Sisanya sebesar 70% berasal dari penjualan dalam negeri. Sebagai gambaran saja, pada akhir 2014, Citatah memprediksi penjualan mencapai Rp 230 miliar.

Saat ini, manajemen Citatah  telah memiliki dua fasilitas produksi di Sulawesi Selatan dan Karawang, Jawa Barat. Fasilitas produksi di Sulawesi Selatan untuk tambang marmer dengan kapasitas 800.000 ton per tahun. Sedangkan pabrik di Karawang memiliki kapasitas produksi 200.000 ton per tahun. Adapun utilitas pabrik saat ini sekitar 50%.

Perusahaan berkode saham CTTH  di Bursa Efek Indonesia ini menargetkan belanja modal Rp 17 miliar tahun ini. Dana akan dipakai untuk ekspansi tambang dan pabrik.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa