JAKARTa. PT Citatah Tbk tak sepenuhnya puas dengan pencapaian penjualan sepanjang 2015 lalu. Kalau saja penjualan ekspor ke China tak seret, perusahaan tersebut berpotensi mengantongi pendapatan lebih besar lagi ketimbang realisasi tahun 2014. Tiffany Johanes, Direktur Keuangan PT Citatah Tbk menjelaskan, musabab penurunan penjualan ekspor karena penjualan ke China turun lebih dari 50% sepanjang tahun lalu. "Ini karena efek ekonomi China yang sedang melambat," terangnya kepada KONTAN, Selasa (5/4). Perlu diketahui, penjualan ekspor Citatah tahun 2015 tercatat Rp 39,45 miliar. Catatan penjualan tersebut mengempis sebesar 14,79% jika dibandingkan dengan penjualan ekspor tahun 2014, sebesar Rp 46,3 miliar.
Padahal, penjualan domestik Citatah masih tumbuh 13,36% pada tahun lalu, menjadi Rp 181,29 miliar. Catatan penjualan domestik itu sekaligus menempatkannya sebagai kontributor terbesar bagi penjualan Citatah, yakni 82,12%. Asal tahu saja, tahun lalu Citatah hanya menjajakan produk limestone alias batu kapur ke pasar mancanegara. Kalau di dalam negeri, perusahaan berkode CTTH di Bursa Efek Indonesia tersebut menjual batu kapur dan bahan bangunan impor. Mengintip situs resmi Citatah, perusahaan itu menjual tiga merek bahan bangunan impor, yakni Bisazza dan Priante Pelleitaliana asal Italia serta Caesarstone asal Israel. Citatah mendistribusikan ketiga merek impor tersebut sejak tahun 2011. Selain tiga merek impor, Citatah juga mengusung merek dengan nama yang sama dengan namanya, yakni Citatah. Produk merek Citatah tersebut mewakili aneka karya seni batu yang selama ini mereka bikin. Merunut laporan keuangan 2015, Citatah menjalankan proses produksi di dua tempat, yakni Pangkep, Sulawesi Selatan dan Karawang, Jawa Barat. Total kapasitas pabrik per 31 Desember 2015 yakni 68.000 meter persegi (m²) slabs per bulan. Sementara tahun 2014, kapasitas produksi pabrik mereka 115.000 m² tiles per bulan. Mengincar apartemen Sementara sumber batu kapur Citatah berasal dari wilayah pertambangan di Jawa Barat, yakni Citatah, Bandung dan Sukabumi. Luas area pertambangan mereka kurang lebih 7,8 hektare (ha). Citatah mengantongi hak pakai selama 20 tahun - 40 tahun. Manajemen perusahaan berpendapat, hak pakai tersebut dapat diperpanjang apabila telah jatuh tempo. Masih merunut laporan keuangan 2015, amortisasi biaya ditangguhkan wilayah pertambangan di area Citatah sebesar sepanjang tahun lalu sebesar Rp 534,83 juta. Sebagai informasi, biaya ditangguhkan merupakan biaya yang Citatah keluarkan untuk memperoleh wilayah pertambangan dan surat izin penambangan daerah (SIPD). Beban tersebut dibebankan ke laba rugi pada saat terjadinya.