KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Citigroup menaikkan prospek akhir tahun untuk ether dan sedikit memangkas pandangannya terhadap bitcoin, dengan alasan pergeseran arus investor dan arus silang makroekonomi.

Investor semakin menyukai ether yang menghasilkan imbal hasil dibandingkan bitcoin, mata uang kripto terbesar di dunia, yang hanya bergantung pada apresiasi harga.

Target pialang Wall Street sebesar US$ 133.000 untuk bitcoin menyiratkan kenaikan sekitar 12% dari level perdagangannya di US$ 118.747,48, per pukul 05.30 GMT. Untuk ether, targetnya adalah US$ 4.500, menyiratkan kenaikan hampir 3% dari levelnya di US$ 4.375.

Semakin Inovatif, BPJS Kesehatan Terima Anugerah Bakti Nusantara dari Nusantara TV

Baca Juga: Prediksi Harga Bitcoin Oktober 2025: Sampai Mana BTC Bisa Terbang?

Seperti dikutip Reuters, Citi memperkirakan kenaikan berkelanjutan tahun depan, dengan target 12 bulan sebesar US$ 5.440 untuk ether dan US$ 181.000 untuk bitcoin.

Proyeksi akhir tahun, bitcoin direvisi sedikit lebih rendah, karena Citi menunjukkan faktor-faktor makro yang mengimbangi, termasuk dolar AS yang lebih kuat dan harga emas yang lebih lemah.

Analis Citi menaikkan proyeksi akhir tahun mereka untuk ether, mencatat lonjakan harga token yang tajam selama musim panas karena investor institusional dan penasihat keuangan meningkatkan pembelian kripto.

Perusahaan pialang tersebut memperkirakan harga ether akan sedikit lebih tinggi pada akhir tahun 2025, didukung arus masuk yang kuat dari dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) dan treasury aset digital (DTA).

Citi memperkirakan arus masuk bitcoin yang kuat sebesar US$ 7,5 miliar di akhir tahun, dengan asumsi bullish didasarkan pada pasar ekuitas yang lebih kuat dan permintaan yang lebih tinggi. Untuk ether, kenaikannya didorong peningkatan adopsi dan potensi imbal hasil melalui platform staking dan keuangan terdesentralisasi.

Baca Juga: Bitcoin Menguat ke Level Tertinggi 2 Pekan Seiring Dimulainya Shutdown Pemerintah AS

Citi memperkirakan harga bitcoin akan turun ke US$ 83.000 jika kondisi makro resesi terjadi. Sementara penurunan ether lebih sulit dimodelkan karena ketidakpastian seputar aktivitas jaringan dan akumulasi nilai, catat perusahaan pialang tersebut.

Kedua token diperdagangkan di atas metrik berbasis aktivitas pengguna, dan Citi menekankan bahwa permintaan investor yang berkelanjutan akan menjadi kunci untuk mendukung harga hingga akhir tahun dan hingga 2026.

Selanjutnya: Graha Layar Prima (BLTZ) Siapkan Agenda Ekspansi untuk 2026

Menarik Dibaca: Ini Dia 5 Zodiak yang Gampang Bosan lo, Ada Aries!