KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai transaksi kartu kredit perbankan di Indonesia masih melambat walau berbagai aktivitas ekonomi sudah mulai bergerak di awal tahun ini. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), total jumlah kartu kredit yang beredar per Februari 2021 mencapai 16,79 juta atau turun 4,6% secara tahunan (year on year/YoY). Dalam dua bulan pertama tahun ini, frekuensi transaksi kartu utang ini juga turun 27% YoY jadi 41,9 juta dengan nilai transaksi anjlok 35% YoY menjadi Rp 35,41 triliun. Di tengah perlambatan transaksi kartu kredit ini, Citigroup Inc datang memberikan kabar mengejutkan. Perusahaan financial Citigroup asal Amerika Serikat (AS) itu akan hengkang dari bisnis ritel di Indonesia dan 12 negara lainnya di Asia serta dari kawasan Eropa, Timur Tengah dan Afrika.
Citigroup akan menfokuskan perbankan konsumen di Singapura, Hong Kong, Uni Emirat Arab dan London. Di Indonesia, Citigoup melalui Citibank Indonesia menggarap bisnis ritel salah satunya lewat layanan kartu kredit. Baca Juga: Tutup bisnis di segmen ritel, ini penjelasan Citibank Indonesia Chief Executive Officer (CEO) Citi Indonesia Batara Sianturi mengatakan, keputusan untuk keluar dari bisnis ritel di Indonesia merupakan strategi baru Citi untuk menciptakan peluang dan fokus baru dalam berbisnis. Menurut dia, penyegaran strategi ini akan menciptakan peluang besar bagi Citi Indonesia untuk menawarkan nilai proposisi yang berbeda dan unik kepada para klien. Citi Indonesia akan fokus menggarap layanan perbankan institusional. Saat ini bank ini melayani 90% dari 20 perusahaan terbesar di Indonesia dan menghimpun dana lebih dari US$ 10 miliar tahun 2020. Pasca pengumuman itu, Citi Indonesia tidak akan langsung melakukan perubahan drastis dalam melayani nasabah kartu kreditnya. "Untuk saat ini tidak ada perubahan pada cara Citi melayani nasabah di Indonesia sebagai akibat dari pengumuman tersebut," kata Batara dalam penjelasannya resminya kepada Kontan.co.id, Jumat (16/4).