JAKARTA. Sejumlah negera di Asia termasuk Indonesia dinilai masih berpeluang mengembangkan produk-produk pasar modal untuk mengelola dana masyarakat. Pasalnya, eksposur produk-produk pasar modal, terutama reksadana masih rendah dibanding produk perbankan.CEO Securities and Fund Services Citibank NA Neeraj Sahai mengatakan, pertumbuhan aset kelolaan dari lembaga manajer investasi di kawasan Asia seperti reksadana rata-rata per tahun hanya sekitar US$ 280 miliar. Padahal dana-dana para investor besar (wealth) setiap tahunnya tumbuh sekitar US$ 2,12 triliun.Hal itu menurut Neeraj, pertanda para investor masih mempercayakan dananya diinvestasikan pada produk-produk perbankan.Jika dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Eropa dan Amerika perbandingan antara dana investor-investor besar dengan produk-produk yang dikelola manajer investasi (MI) tidak terlalu besar. Di Eropa, rata-rata dana investor kaya tumbuh sekitar US$ 1,16 triliun per tahun. Sedangkan produk asset management nya sekitar US$ 780 miliar per tahun. Di Amerika lebih tinggi lagi, produk MI nya bisa tumbuh US$ 1,36 triliun per tahun, dengan pertumbuhan dana investor sekitar US$ 1,38 triliun per tahun."Profil investor Asia, termasuk Indonesia masih tradisional, tapi diperkirakan ke depan pertumbuhannya akan signifikan," ujarnya, Selasa (19/7).Dia menyarankan, agar negara-negara Asia termasuk Indonesia lebih memperkaya produk-produk pasar modal seperti reksadana, exchange traded fund (ETF), seta produk-produk derivatif lainnya. Kata Neeraj, untuk meningkatkan basis portofolio investasi, penawaran saham perdana (IPO) bisa menjadi salah satu solusi. Bukan hanya itu regulasi harus mendukung dan investor pun harus diyakinkan bahwa imbal hasil yang bisa diraup dari produk-produk tersebut lebih besar dibanding produk perbankan.Dia juga berpendapat, sejatinya dana pensiun bisa memperbesar eksposur nya di produk-produk pasar modal. Selain bisa meningkatkan imbal hasil yang diperoleh, hal itu juga akan turut memperbesar kapitalisasi pasar domestik. Sekedar informasi total dana pensiun hingga kuatal I 2011 mencapai Rp 134,06 triliun.Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), total nilai kapitalisasi pasar modal per Juni 2011 mencapai Rp 4.348,67 triliun. Perinciannya, nilai kapitalisasi pasar saham sebesar Rp 3.532 triliun, pasar obligasi korporasi sebesar Rp 129,62 miliar dan pasar obligasi pemerintah senilai Rp 686,48 miliar.Sedangkan total nilai aktiva bersih (NAB) reksadana hingga Juni 2011 mencapai Rp 157,05 triliun. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu terjadi peningkatan sebesar 28%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Citibank NA: Eksposur produk pasar modal masih rendah ketimbang produk perbankan
JAKARTA. Sejumlah negera di Asia termasuk Indonesia dinilai masih berpeluang mengembangkan produk-produk pasar modal untuk mengelola dana masyarakat. Pasalnya, eksposur produk-produk pasar modal, terutama reksadana masih rendah dibanding produk perbankan.CEO Securities and Fund Services Citibank NA Neeraj Sahai mengatakan, pertumbuhan aset kelolaan dari lembaga manajer investasi di kawasan Asia seperti reksadana rata-rata per tahun hanya sekitar US$ 280 miliar. Padahal dana-dana para investor besar (wealth) setiap tahunnya tumbuh sekitar US$ 2,12 triliun.Hal itu menurut Neeraj, pertanda para investor masih mempercayakan dananya diinvestasikan pada produk-produk perbankan.Jika dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Eropa dan Amerika perbandingan antara dana investor-investor besar dengan produk-produk yang dikelola manajer investasi (MI) tidak terlalu besar. Di Eropa, rata-rata dana investor kaya tumbuh sekitar US$ 1,16 triliun per tahun. Sedangkan produk asset management nya sekitar US$ 780 miliar per tahun. Di Amerika lebih tinggi lagi, produk MI nya bisa tumbuh US$ 1,36 triliun per tahun, dengan pertumbuhan dana investor sekitar US$ 1,38 triliun per tahun."Profil investor Asia, termasuk Indonesia masih tradisional, tapi diperkirakan ke depan pertumbuhannya akan signifikan," ujarnya, Selasa (19/7).Dia menyarankan, agar negara-negara Asia termasuk Indonesia lebih memperkaya produk-produk pasar modal seperti reksadana, exchange traded fund (ETF), seta produk-produk derivatif lainnya. Kata Neeraj, untuk meningkatkan basis portofolio investasi, penawaran saham perdana (IPO) bisa menjadi salah satu solusi. Bukan hanya itu regulasi harus mendukung dan investor pun harus diyakinkan bahwa imbal hasil yang bisa diraup dari produk-produk tersebut lebih besar dibanding produk perbankan.Dia juga berpendapat, sejatinya dana pensiun bisa memperbesar eksposur nya di produk-produk pasar modal. Selain bisa meningkatkan imbal hasil yang diperoleh, hal itu juga akan turut memperbesar kapitalisasi pasar domestik. Sekedar informasi total dana pensiun hingga kuatal I 2011 mencapai Rp 134,06 triliun.Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), total nilai kapitalisasi pasar modal per Juni 2011 mencapai Rp 4.348,67 triliun. Perinciannya, nilai kapitalisasi pasar saham sebesar Rp 3.532 triliun, pasar obligasi korporasi sebesar Rp 129,62 miliar dan pasar obligasi pemerintah senilai Rp 686,48 miliar.Sedangkan total nilai aktiva bersih (NAB) reksadana hingga Juni 2011 mencapai Rp 157,05 triliun. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu terjadi peningkatan sebesar 28%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News