Citilink masih proses ketentuan bagasi berbayar



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Citilink Indonesia kian agresif mencari pendapatan lain diluar tiket atau ancillary income. Anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk ini menargetkan bisa mengantongi porsi pendapatan tersebut bisa mencapai 15% pada akhir 2019.

Salah satu yang dilakukan adalah dengan memberlakukan layanan bagasi berbayar. Citilink akan memungut biaya tambahan untuk barang bawaan penumpang. Hanya penumpang-penumpang Supergreen seat atau kursi tertentu dan member Garudamiles yang dapat menikmati layanan bagasi gratis 10 kg. “Kami targetkan akhir Januari akan mulai diterapkan,” ungkap Juliandra Nurcahyo, CEO PT Citilink Indonesia kepada Kontan belum lama ini.

Saat ini Citilink Indonesia masih dalam proses untuk mempersiapkannya. Perubahan ini juga harus mendapat izin Kementerian Perhubungan. Kemudian untuk teknisnya akan dipersiapkan jalur khusus yang menangani kelebihan bagasi saat check in. Terakhir, yang harus dipastikan adalah sosialisasi untuk memberikan pemahaman pelanggan.


Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 185 Tahun 2015 Tentang Standar Pelayanan Penumpang Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri pasal 22, maskapai dengan pelayanan standar minimum atau lcc memang diberi kesempatan untuk memungut biaya bagasi.

Walaupun mengincar pendapatan tambahan dari bagasi, tetapi menurut Juliandra sebenarnya yang dibidik adalah pendapatan dari kargo. Ketika bagasi penumpang bisa diatur maka ia akan lebih leluasa mengatur ruang bagasi dimilikinya. “Kalau tahu penumpang bawa bagasi berapa kita tau bisa jualan bagasi berapa,” imbuhnya.

Selama ini pendapatan diluar tiket paling banyak disumbang dari pendapatan kargo. Sejak tahun lalu pendapatan kargo Citilink memang terus menunjukkan trend penguatan. Kalau dikuartal III 2017 kargo Citilink hanya mengangkut 53,5 juta ton maka di akhir kuartal III 2018 jumlahnya bertambah menjadi 64,1 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini