Citra Borneo Utama (CBUT) Menargetkan Pendapatan dan Laba Naik Hingga 15%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten yang bergerak di industri pemurnian produk kelapa sawit dan turunannya PT Citra Borneo Utama Tbk (CBUT) menargetkan pendapatan dan laba bersih tahun 2022 dapat tumbuh masing-masing 10%-15%. Sekretaris Perusahaan CBUT Deni Agustinus mengatakan, sejauh ini realisasi kinerja perusahaan masih sejalan dengan target tersebut. 

Sebagai gambaran, perusahaan yang 22% sahamnya dimiliki PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) ini membukukan penjualan Rp 4,71 triliun pada semester 1 2022 atau meningkat 30,6% year on year (YoY) dari Rp 3,60 triliun. Sejalan dengan itu, laba bersih perusahaan melesat 862,13% menjadi Rp 59,63 miliar dari Rp 6,19 miliar.

Deni optimistis, perusahaan akan mencapai target pertumbuhan untuk setahun penuh 2022 karena adanya peningkatan utilisasi produksi pada bulan Agustus-Desember 2022. "Apalagi, volume penjualan perusahaan juga meningkat serta didukung harga bahan baku yang kompetitif," kata Deni kepada Kontan.co.id, Jumat (11/11).


Dari total kapasitas crude palm oil (CPO) perusahaan yang sebanyak 2.500 ton per hari, utilisasi produksi pada Januari-September 2022 adalah sebesar 62,92%. Sementara itu, utilisasi produksi untuk bulan Oktober, November, dan Desember 2022 sudah mencapai 100%. Alhasil, utilisasi produksi sepanjang Januari-Desember 2022 sebesar 66%.

Baca Juga: Jadi Emiten di BEI, CBUT Langung Ngebut

CBUT berencana menambah kapasitas produksi dengan membangun refinery extension dan infrastrukturnya menggunakan 54% dana hasil initial public offering (IPO). Sebagaimana diketahui, CBUT baru saja tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 November 2022.

CBUT berencana menambah kapasitas refinery sebesar 1.500 ton per hari sehingga total kapasitas produksinya akan mencapai 4.000 ton per hari, dari 2.500 ton per hari. Refinery extension mencakup shortening, food grade palm derivative, dan bisnis packaging.

Lokasinya berada di Kawasan Industri Surya Borneo Industri, Jalan ASDP arah Pelabuhan Roro, Kelurahan Kumai Hulu, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat. Rencananya, pembangunan akan dimulai pada triwulan I-2023 dengan target penyelesaian pada triwulan pertama 2025. 

Menurut Deni, dengan adanya refinery extension tersebut, crude palm kernel oil (CPKO) akan dapat diolah menjadi refined bleached deodorized palm kernel oil (RBDPKO) menjadi bahan baku cocoa butter dan palm kernel palm fatty acid destilate (PKFAD) yang memiliki prospek bisnis yang lebih menjanjikan. 

Lalu, sisa dana IPO akan digunakan untuk peningkatan modal kerja, termasuk namun tidak terbatas pada pembelian bahan baku berupa CPO dan palm kernel dalam rangka meningkatkan utilisasi produksi pada pabrik kernel crushing dan refinery.

Baca Juga: Prospek Saham Emiten Baru Masih Cerah Tapi Belum Sumringah

Sejalan dengan peningkatan utilisasi tersebut, CBUT membutuhkan pasokan CPO yang lebih banyak. Grup Sawit Sumbermas Sarana selaku perusahaan afiliasi yang bergerak di bisnis hulu sawit akan mendukung pasokan CPO ke CBUT. Sejauh ini, CBUT mendapatkan pasokan CPO dari Grup Sawit Sumbermas Sarana sebesar 80% dari total kebutuhan CPO yang diperlukan, sedangkan sisanya dari pihak lain. 

Penambahan volume produksi tersebut juga akan lebih banyak dijual ke pasar ekspor, mengingat permintaan akan produk-produk CBUT lebih besar dari luar negeri. Menilik kinerja keuangan per Maret 2022 pendapatan ekspor berkontribusi sebesar Rp 2,64 triliun dari total pendapatan sebesar Rp 3,3 triliun, sedangkan pendapatan domestik Rp 660,8 miliar. 

Sementara menurut Deni, per September 2022, penjualan ke luar negeri paling besar ke China, India, dan Rusia dengan porsi masing-masing 30% dan sisanya ke Malaysia.

Untuk ke depannya, Deni menyampaikan CBUT akan tetap berfokus di bisnis hilir sawit. "Sesuai dengan rencana bisnis perusahaan lima tahun ke depan, CBUT akan mengembangkan produk turunan baru pada tahun 2026 seperti shortening, margarin, ghee dan animal fats," tutur Deni.

CBUT juga membuka kemungkinan untuk langsung menjual minyak goreng kemasan. Saat ini, CBUT sudah memproduksi dan menjual minyak goreng kemasan Minyakita sesuai dengan program dari Kementerian Perdagangan.

Baca Juga: Pasca Melantai di BEI, Citra Borneo Utama (CBUT) Siap Perbesar Pasar Ekspor

Sejauh ini, CBUT menghasilkan berbagai macam produk turunan CPO. Mulai dari RBDPO (bahan baku untuk fraksinasi dan biodiesel), RBD olein (bahan baku minyak goreng), RBD strearin (bahan baku untuk mie instan, margarin dan shortening), PFAD (bahan baku biofuel, detergen, pakan ternak), CPKO yang dapat menjadi pengganti cocoa butter, dan PKE yang dapat menjadi pakan ternak.

Sebagai informasi, dalam industri refinery di Kalimantan, kapasitas produksi CBU memberikan kontribusi sebesar 6% dari seluruh perusahaan refinery yang berada di Kalimantan. Kapasitas refinery CPO perusahaan sebesar 2.500 ton per hari, di mana kapasitas refinery CPO perusahaan di seluruh Kalimantan mencapai 41.700 ton per hari.

Sementara itu, untuk wilayah Kalimantan Tengah, kapasitas refinery CPO perusahaan memberikan kontribusi sebesar 35% dari seluruh perusahaan yang memiliki refinery CPO di Kalimantan Tengah. Di sisi lain, untuk kernel crushing plant (KCP), perusahaan berkontribusi sebesar 25% (600 ton per hari) dari seluruh perusahaan di Kalimantan.

Kompetitor CBUT di seluruh Kalimantan saat ini yaitu sebanyak 12 perusahaan. Untuk wilayah Kalimantan Tengah, kompetitor CBUT adalah PT Sinar Alam Permai (Grup Wilmar) dan PT Sukajadi Sawit Mekar (Grup Musimas).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati