JAKARTA. Perusahaan pertambangan mineral, PT Cakra Mineral Tbk (CKRA) bersama perusahaan asal Hongkong Z&N International Co. Ltd, mendirikan anak usaha patungan bernama PT Cakra Smelter Indonesia. Anak usaha baru ini bergerak di bidang pengolahan bijih besi menjadi pig iron, saat ini PT Cakra Smelter Indonesia sudah didaftarkan ke notaris pada 16 September 2014. Sekretaris Perusahaan Cakra Mineral Dexter Sjarif Putra menyatakan, berdirinya anak usaha patungan itu, karena kedua perusahaan tengah menjajaki pembangunan smelter pengolahan bijih besi menjadi pig iron dengan menggunakan teknologi blast furnace. "Kami akan menjadi pemegang saham mayoritas," ungkap Dexter kepada KONTAN, Selasa (30/9).
Pabrik smelter dengan kapasitas 200.000 metrik ton per tahun ini akan dibangun di Sumatra Utara. Adapun pig iron yang dihasilkan akan dipasarkan ke China dan pasar domestik. Untuk kebutuhan bahan baku smelter ini, CKRA akan memasok bijih besi atau iron ore sebanyak 35.000 me-trik ton per bulan. Dexter menjelaskan, bijih besi sebagai bahan baku smelter itu nantinya akan berasal dari konsesi pertambangan bijih besi milik CKRA di bawah payung anak usahanya bernama PT Persada Indo Tambang. Persada Indo Tambang punya konsesi izin usaha pertambangan (IUP) di Solok Selatan, Sumatra Barat. Anak usaha ini memiliki kapasitas produksi 25.000 metrik ton per bulan dan menjual 15.000 metrik ton bijih besi per bulan. "Jika pasokannya kurang, mungkin kami akan memasok dari penambang lain juga," terang dia. Adapun, proses pembangunan smelter ini akan dimulai pada awal tahun 2015 nanti dan memakan waktu 18 bulan. Dengan begitu, smelter ini diperkirakan tuntas dibangun pada akhir semester pertama tahun 2016. Tapi sayang, Dexter enggan mengungkap besar nilai investasi yang diperlukan untuk smelter ini. "Nilai investasi masih belum bisa disclose," tegas Dexter.
Selain, ingin membangun smelter pig iron, sebelumnya pada Juni lalu Cakra telah bekerjasama dengan Zhe Jiang Baoli Mining Co Ltd, perusahaan asal China untuk bekerja sama dalam membangun smelter feronikel. Rencananya, pembangunan smelter feronikel ini memiliki kapasitas sebesar 36.000 ton per tahun, dengan kebutuhan bahan baku bijih nikel sekitar 432.000 ton per tahun. Dexter bilang, smelter feronikel tersebut membutuhkan lahan sekitar 30 hektare (ha) dan dengan suplai listrik mencapai 10 megawatt (MW). Namun, belum jelas berapa nilai investasi pembangunan smelter feronikel tersebut, meski demikian, perusahaan menyediakan dana sebesar US$ 50 juta untuk pembangunan. Dexter menambahkan, proses pembebasan lahan dan perizinan diperkirakan akan rampung pada 2014 ini. Dengan perkiraan jangka waktu pembangunan selama kurang lebih satu setengah tahun, CKRA optimistis smelter feronikel dapat dioperasikan mulai pertengahan 2016 mendatang. "Bahan baku kami beli dari PT United Mineral Kalimantan," ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Uji Agung Santosa