KONTAN.CO.ID - BATAM. PT Cladtek Bi Metal Manufacturing berusaha memperkuat bisnisnya di bidang pembuatan pipa cladding (pelapisan pipa) untuk industri. Salah satu produk yang diandalkan oleh Cladtek adalah
Corossion Resistant Alloy (CRA) tipe
Mechanically Line Pipe (MLP). Cladtek memproduksi MLP dengan teknologi rapid pipe, sehingga MLP yang dihasilkan memiliki ulir dan konektor di ujung pipanya. Inovasi ini membuat proses instalasi berlangsung lebih cepat, lebih efisien dari sisi biaya, dan dapat dipakai kembali konektornya. MLP yang dibuat dengan inovasi tersebut juga memiliki umur pemakaian yang jauh lebih tinggi dibandingkan MLP konvensional.
Sampai saat ini, Cladtek sudah memproduksi pipa CRA sebanyak lebih dari 925 kilometer (km), di mana 720 km di antaranya merupakan pipa MLP sedangkan sisanya 205 km adalah pipa
well overlay (WO)
clad. Selain di Batam, Cladtek yang merupakan perusahaan hasil penanaman modal asing (PMA) ini juga memiliki fasilitas manufaktur di Rio De Janeiro, Brazil dan Dammam, Arab Saudi.
Baca Juga: Gencar Lahirkan Inovasi Produk Pipa Migas, Cladtek Terus Tingkatkan TKDN Cladtek berdiri sejak tahun 2003 dan memulai produksinya di Batam pada 2007. Adapun ekspansi ke Brazil dilakukan pada 2011 dan Arab Saudi pada 2018 silam. Group CEO Cladtek Lee Wilson menyebut, lebih dari 95% produk Cladtek ditujukan ke pasar ekpor. Bisnis Cladtek pun tergolong segmentif lantaran pipa yang dihasilkan lebih banyak dijual untuk keperluan pengeboran di industri minyak dan gas (migas). Beberapa perusahaan migas global telah menggunakan produk pipa, khususnya MLP, buatan Cladtek. Misalnya, Aramco, Petrobas, Chevron, ExxonMobil, dan lain sebagainya. Cladtek pun disebut-sebut menjadi satu-satunya produsen pipa MLP di Indonesia dan menjadi salah satu yang terbesar di dunia. Khusus di Batam, Cladtek memiliki kemampuan produksi MLP sekitar 12,6 km pipa per bulan, tergantung ukuran produknya. Pipa MLP yang diproduksi MLP pun belakangan ini mulai dilirik oleh sektor energi terbarukan. "Produk kami juga dapat dipakai oleh perusahaan-perusahaan pengembang panas bumi," ujar Lee Wilson dalam bincang-bincang dengan media, Kamis (21/6). Kendati demikian, Cladtek memperkirakan permintaan pipa MLP terbesar masih akan datang dari industri migas. Sebab, kebutuhan energi berbasis minyak bumi cukup tinggi di seluruh dunia, terutama dari sektor transportasi. Terlebih lagi, populasi kendaraan listrik masih kecil secara global. Industri migas pun dipandang Cladtek masih bisa berkembang pada masa mendatang. Terlebih lagi, proses pengeboran migas mulai mengadopsi teknologi carbon capture. Cladtek pun menilai kebutuhan pipa yang dapat mengakomodasi teknologi tersebut akan tumbuh di masa depan. Lee Wilson juga menyebut, Cladtek terus berkomitmen untuk meningkatkan level Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) pada produk-produknya, termasuk pipa MLP. Saat ini produk-produk Cladtek ada yang memiliki level TKDN di kisaran belasan sampai lebih dari 50%. "Ke depannya kami ingin seluruh produk kami bisa memiliki TKDN di atas 50% dan membawa dampak positif yang signifikan bagi masyarakat Batam," ungkap dia.
Baca Juga: Dukung Industrialisasi, Produsen Pelapis Pipa Migas Cladtek Sudah Penuhi 53% TKDN Selain itu, Cladtek juga berencana melanjutkan ekspansi bisnis berupa penambahan fasilitas produksi di berbagai negara. Salah satu negara yang dibidik oleh Cladtek adalah Qatar. Cladtek berharap dapat mewujudkan pembangunan fasilitas baru di sana dalam dua tahun mendatang.
Cladtek juga mengintip peluang ekspansi bisnis ke kawasan Amerika Utara secara jangka panjang, mengingat permintaan sektor migas di sana cukup besar. Pihak Cladtek tidak menyebut besaran investasi yang dibutuhkan untuk ekspansi bisnis tersebut, termasuk sumber pendanaannya. Yang terang, Cladtek belum punya opsi untuk mencari dana dari Initial Public Offering (IPO) dalam beberapa waktu ke depan. "Target kami berikutnya adalah meningkatkan pendapatan dua kali lipat dengan menciptakan permintaan global untuk industri migas," pungkas Lee Wilson. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto