KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski secara industri, kinerja pembiayaan
multifinance tumbuh satu digit, namun beberapa pemain mampu mencatatkan pertumbuhan dobel digit. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juni 2019, pembiayaan perusahaan
multifinance naik 4,29%
year on year (yoy) menjadi sebesar Rp 445,64 triliun.
Baca Juga: Tak cuma ATM, mesin EDC bank juga ikut terganggu akibat Jabodetabek mati listrik Salah satu perusahaan
multifinance yang mencatatkan pertumbuhan dobel digit adalah PT BNI Multifinance. Direktur Utama BNI Multifinance Hasan Gazali Palungan menyatakan hingga paruh pertama 2019, pembiayaan baru tercatat sebesar Rp 644 miliar. Nilai ini mengalami pertumbuhan 23,61% yoy dari posisi yang sama di Juni 2018 senilai Rp 521 miliar. “Komposisinya berupa pembiayaan
operating lease sebesar Rp 33 miliar, modal kerja Rp 185 miliar, investasi Rp 385 miliar dan Multiguna Rp 42 miliar. Komposisi di Semester dua tahun ini, masih sama dengan Semester 1-2019, karena beberapa nasabah yang sudah diberikan plafon baru merealisasikan di semester 2 sesuai kontrak dengan
customer-nya,” ujar Hasan kepada Kontan.co.id di akhir pekan.
Baca Juga: Kinerja pembiayaan multifinance hanya tumbuh 4,29% hingga pertengahan tahun ini Anak perusahaan dari PT Bank Negara Indonesia Tbk (
BBNI, anggota indeks
Kompas100) ini, mengakui sektor produktif akan tetap menjadi andalan perusahaan. Sedangkan sektor konsumtif, pihaknya akan masuk secara selektif. Khususnya ke perusahaan yang karyawannya memiliki
payroll di Bank BNI. Hasan mengaku alasan BNI Multifinance lebih banyak membidik sektor produktif lantaran lebih
sustainable. Seiring dengan sinergi dengan debitur induk perusahaan Bank BNI. Selain itu demi menunjang sektor riil.
Baca Juga: Waspada! Jasa penutupan kredit via blast SMS makin marak Bisnis perusahaan pembiayaan lainnya yang tumbuh dobel digit tinggi adalah PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF). Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman menyatakan realisasi penyaluran pembiayaan naik 70% dari Juni 2018 senilai Rp 840 Miliar menjadi Rp 1,431 triliun di Juni 2019. Ia mengaku walaupun penjualan kendaraan bermotor roda empat tengah mengalami penurunan, CNAF optimis dapat mengejar pembiayaan tahun ini. Lantaran CNAF akan memperluas kerja sama penjualan produk atau
channeling dengan Bank CIMB Niaga. Selain itu, CNAF juga meningkatkan digitalisasi dalam pelayanan. "Proses cepat 1 jam kepastian yang kita luncurkan dan beberapa program yang kita lakukan dari mulai bulan Januari 2019 memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap pertumbuhan pembiayaan di tahun 2019," ujar Ristiawan kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: Listrik di Jabodetabek padam, layanan ATM BCA hingga BNI ikut terganggu Anak perusahaan dari PT Bank CIMB Niaga Tbk (
BNGA, anggota indeks
Kompas100) ini membidik pembiayaan hingga Rp 4 triliun sepanjang 2019. Nilai ini tumbuh sekitar 81,82% secara tahunan atau
year on year (yoy). Tahun lalu, CNAF ini mencatat realisasi pembiayaan sebesar Rp 2,2 triliun. Ia menyebut lewat digitalisasi pembiayaan bisa tumbuh lebih cepat. Selain itu, juga membidik pembiayaan kendaraan roda empat kepada kaum milenial. Lantaran bila mampu menggarap segmen milenial maka ada kemungkinan akan ada pengulangan pinjaman. "CIMB Niaga sebagai induk perusahaan memiliki 8 juta nasabah, dengan sinergi ini kita lihat banyak kesempatan CNAF di kemudian hari. Strategi yang berbeda adalah sinergi dengan induk perusahaan dan hal ini belum pernah kita lakukan selama 37 tahun. Saat ini total nasabah dari Bank CIMB Niaga hanya 20%," jelas Ristiawan.
Baca Juga: Dampak pemadaman listrik PLN merembet ke pengemudi ojek online lantaran sepi order Ia melanjutkan selain membidik nasabah Bank CIMB Niaga, CNAF masih akan fokus pada pembiayaan penumpang atau
passanger. Kendati demikian, CNAF akan menjaga komposisi pembiayaan ke kendaraan bermotor komersil sebesar 20%. Hal ini sesuai dengan arahan Otoritas Jasa Keuangan yang mengharuskan pembiayaan ke sektor produktif. Ristiawan mengaku pasar kendaraan penumpang saat ini tengah bagus. Namun CNAF tidak fokus pada segmen ini karena belum memiliki infrastruktur yang memadai untuk menggarap segmen ini.
Namun Ia menekankan tidak menutup kemungkinan ke depannya, perusahaan akan menggarap segmen ini lebih serius.
Baca Juga: Kemampuan bank besar mencetak laba terus meningkat Ristiawan menyebut sepanjang 2019 ini total kebutuhan dana sebesar Rp 3,5 triliun. Guna memenuhi pendanaan ini, CNAF menyasar dana dari kredit perbankan dan pembiayaan patungan. Namun porsi pendaan paling besar masih dari induk perusahaan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi