JAKARTA. Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PT Eksploitasi Energi Indonesia Tbk (CNKO) di Rengat dan Tembilhan boleh saja molor. Namun, dua proyek ini sepertinya bakal menjadi portofolio baru yang bakal diandalkan perseroan untuk beberapa waktu ke depan. "Selama ini, diatas 95% dari pendapatan kami diperoleh dari penjualan batubara. Tapi, setelah dua PLTU ini berjalan, mungkin setelah tahun 2016 kontribusinya bisa di atas 10%," jelas Head of Investor Relation CNKO Wiim Andrian, (8/10). Gambaran saja, semester I tahun ini pendapatan CNKO mengalami penurunan 15,7% menjadi Rp 735,3 miliar. Jika mengacu pada angka tersebut, berarti kontribusi bisnis batubara untuk pendapatan CNKO setara Rp 698,53 miliar. Masih menggunakan asumsi yang sama, berarti kontribusi pemdapatan CNKO dari bisnis PLTU minimal Rp 73,53 miliar.
Catatan saja, pembangunan PLTU di Rengat masih dijadwalkan selesai pada April 2015 dari sebelumnya ditargetkan dapat beroperasi jelang akhir tahun ini. Perseroan telah mengeluarkan biaya sebesar Rp 62,6 miliar, dengan estimasi pengeluaran dana lebih jauh sebesar Rp 104 miliar. Sementara, PLTU Tembilahan Exploitasi Energi memiliki kapasitas 2 x 7 megawatt (MW). Sesuai rencana, proyek ini digarap bersama kelompok usaha besutan Edwin Soeryawidjaya dan Sandiaga Uno, Grup Saratoga. Saat ini, proses pembebasan dan pengembangan tanah di Tembilahan baru mencapai 35%. Perseroan juga masih harus melakukan transportation and custom clearance serta melewati tahap uji coba sebelum memulai operasi komersial. Adapun total investasi yang telah dikeluarkan mencapai Rp 144,6 miliar. Dengan begitu, perseroan masih harus mengucurkan sekitar Rp 50,6 miliar untuk menyelesaikan proyek.