KONTAN.CO.ID - Jakarta. Siomay merupakan salah satu camilan populer di Indonesia. Olahan ikan yang disajikan dengan tahu, kentang, kol rebus dan saus kacang ini punya banyak penggemar. Penjual siomay pun mudah ditemui, mulai dari kelas gerobak pinggir jalan hingga booth di pusat belanja. Besarnya pasar mendorong pengusaha kuliner menggarap bisnis siomay. Selain membuka gerai sendiri, acapkali mereka juga menawarkan kemitraan supaya laju bisnis berjalan cepat. Sayang, ketatnya persaingan, baik dari sesama penjual siomay atau munculnya jenis camilan baru, membuat perjalanan pebisnis siomay cukup terjal. Lantas, seperti apa kondisi bisnis pemain siomay saat ini? Berikut ulasan dari tiga kemitraan siomay, yaitu Siomay Hot Mama, Siomay Lorogking, dan Siomay Addict berikut ulasannya.
Siomay Hot Mama Heta Devahayu mendirikan Siomay Hot Mama di Yogyakarta pada 2011 silam. Tiga tahun kemudian, dia menawarkan kemitraannya. Setahun lalu, ada delapan mitra Siomay Hot Mama. Jumlah mitra pun tak bertambah hingga saat ini. Deva bilang, sebenarnya jumlah gerai mitra sempat bertambah. "Namun, ada juga gerai yang tutup karena masalah internal," jelasnya. Nilai investasi yang terjangkau menjadi jurus Deva menggandeng mitra. Oleh karena itu, dia tak mengubah paket investasi kemitraannya, yakni senilai Rp 2,5 juta, Rp 4,5 juta dan Rp 7,5 juta. Untuk paket Rp 2,5 juta, mitra akan mendapatkan hak menggunakan merek,
flyer, x-banner, bahan baku awal 150 porsi dan pelatihan karyawan. Sementara paket Rp 4,5 juta, mitra dapat fasilitas yang sama, bahan baku 240 porsi dan gerobak kecil. Untuk paket investasi Rp 7,5 juta, mitra dapat fasilitas sama, bahan baku 350 porsi dan gerobak
outdoor. Sistem kemitraan pun masih sama, yaitu berlangsung selamanya, namun mitra wajib memasok bahan baku ke pusat. Pusat tidak mengutip biaya royalti dari mitra. Deva juga menawarkan sistem
reseller. Bagi
reseller, hanya perlu menjual 10 paket siomay beku dengan harga Rp 38.000 berisi 20 biji siomay.
Reseller bisa menetapkan harga sendiri. "Bisnis
reseller lebih lancar dibanding kemitraan. Kini, sudah ada 12
reseller yang bergabung” ucapnya. Selain itu, Deva juga menyajikan menu camilan baru. Jika sebelumnya tersedia siomay ayam original, siomay ayam udang, siomay goreng mayo, siomay kenyil dan siomay bohay, kini ada menu baru siomay wow dan siomay kriuk seharga Rp 10.000 per porsi. Deva menaksir mitra bisa meraup omzet Rp 20 juta per bulan. Adapun laba bersih berkisar 30% dari omzet. Guna meningkatkan penjualan, Siomay Hot Mama sudah bermitra dengan jasa pengiriman ojek online. Hingga akhir tahun ini, Deva mengincar lima gerai baru. Namun, gerai mitra harus mudah dijangkau oleh distributor lantaran Siomay Hot Mama tidak memakai pengawet. "Jadi pengiriman lebih dari 24 jam dari distributor harus ditolak," tutup Deva. Siomay Lorongking Usaha yang didirikan sejak tahun 1996 oleh Hj. Euis ini, kini sudah diteruskan oleh anaknya, Robiana Fanailah. Di bawah kendali Robi, bisnis siomay berkembang dengan sistem kemitraan sejak 2014 silam. Bila dua tahun lalu, ada 15 cabang gerai mitra, kini jumlahnya sudah lebih dari 50 gerai. Semua gerai itu ada di Lampung dan Palembang. "Dari seluruh daerah di Lampung, cuma tinggal satu daerah yang belum ada mitra kami karena terkendala pengiriman produk. Sementara Palembang ada beberapa saja," ujar Robi. Sejatinya, sudah ada permintaan dari Bali, Batam dan Pulau Jawa juga, namun pengiriman masih menjadi kendala. Tak ada perubahan harga paket kemitraan. Nilainya masih Rp 6 juta. Dari paket tersebut, fasilitas yang diperoleh mitra antara lain gerobak, peralatan memasak, bahan baku awal dan pelatihan. Robi hanya mengerek harga jual produknya. "Kalau dulu masih ada yang harga Rp 8.000, sekarang sudah Rp 10.000," tuturnya. Guna mengembangkan usahanya, Robi juga berencana membuka paket kemitraan premium senilai Rp 15 juta. "Paket premium ini nantinya akan lebih besar. Mitra sudah bisa memakai kios, perlengkapannya juga akan ditambah," ujarnya. Siomay Addict Bisnis kemitraan siomay lainnya dijalankan oleh dua bersaudara Andy Putra dan Tommy Putra asal Jakarta. Mereka mendirikan Siomay Addict pada 2014 lalu. Saat diulas KONTAN Maret 2016, sudah ada tiga gerai Siomay Addict dan satu gerai mitra. Sampai saat ini, jumlah gerai belum bertambah. "Ada satu gerai mitra yang tutup karena
traffic pengunjungnya kurang," kata Tommy. Sejatinya, ada saja calon mitra yang tertarik membuka Siomay Addict. Namun, Tommy memang menetapkan standar cukup tinggi. Sebab, ia mengincar pasar konsumen kelas menengah ke atas. "Kami menggunakan bahan yang kualitas premium. Rasa dan kebersihan makanan juga kami perhatikan betul-betul. Jadi kalau untuk bersaing dengan gerai kaki lima yang lokasi usahanya di pinggir jalan atau di depan gerai swalayan minimarket memang tidak bisa. Segmentasinya saja sudah berbeda," jelasnya. Meski menyasar kelas menengah atas, harga jual produknya tak menguras kantong. Satu potong siomay dibanderol mulai Rp 7.000-Rp 10.000. Pilihannya adalah siomay, tahu, pare, telur, kentang dan kol. Lokasi tempat usaha menjadi kendala Tommy saat ini. Ia bilang, tak semua mal atau pusat belanja mudah menerima kuliner tradisional seperti siomay. "Sekarang, mal lebih terbuka dengan
brand kuliner luar atau asing. Kuliner tradisional seperti ini sudah susah masuk. Saya terus usaha cari mal atau pusat perbelanjaan dari rekanan yang bisa buka gerai Siomay Adddict," ungkap Tommy. Selain itu, Siomay Addict juga bermitra dengan layanan pesan antar online Klik Eat dan GoFood milik Gojek. Dengan cara ini, Siomay Addict tetap bisa menjangkau lebih banyak pelanggan karena pelanggan tidak perlu lagi harus datang ke gerainya. Untuk tawaran kemitraannya mengalami perubahan. Pada 2016 lalu, Siomay Addict menawarkan paket inveastasi Rp 50 juta dengan fasilitas peralatan dan perlengkapan usaha lengkap. Tommy menuturkan jika saat ini investasi Rp 50 juta hanya untuk biaya kemitraan selama 5 tahun. Sedangkan, untuk peralatan,
booth dan perlengkapan usaha, tergantung pada luas lokasi gerai siomay. "Untuk
booth dan peralatan usaha, mitra harus nambah biaya lagi, kira-kira sekitar Rp 20 juta - Rp 25 juta. Cuma saya tidak bisa pastikan sekarang," tuturnya. Selain itu, semua bahan baku juga wajib dipasok dari pusat. Agar bisa balik modal dalam waktu kurang dari setahun, mitra ditargetkan bisa menjual 150 sampai 200 biji Siomay Addict per hari. Jika target tersebut tercapai, omzet bulanan yang diperoleh berarti sekitar Rp 42 juta - Rp 45 juta. Tommy mengatakan, mitra biasanya mendapat laba bersih sekitar 30% dari omzet per bulan. Soal target di tahun ini, Tommy bilang sepanjang tahun 2018 ini dirinya ingin membuka dua gerai baru Siomay Addict. "Paling tahun ini maunya dua gerai lagi, saya sedang coba cari perkantoran atau area apartemen buat lokasinya. Kalau mengandalkan mal saja sudah susah," pungkasnya. Banyak penggemar, bisnis siomay potensial Djoko Kurniawan, Konsultan Usaha menilai potensi bisnis siomay masih sangat bagus. Sebab, camilan ini dapat dinikmatin kapan saja dan disukai banyak orang. Dia pun mengingatkan, bila pebisnis ingin menambah jumlah mitra, sebaiknya memiliki kriteria seleksi mitra yang benar. Karena, pemilihan mitra yang salah bakal memberikan dampak negatif bagi merek usaha. "Pemilihan mitra yang salah justru membuat citra brand menurun dan menyulitkan pencarian mitra selanjutnya," terang Djoko.
Saat mitra satu per satu mulai bergabung, hal ini baik bagi pemilik usaha karena menandakan bisnis berjalan dengan baik. Tapi, yang perlu diingat pemilik merek harus memiliki tim khusus untuk melakukan pemantauan di lapangan dan audit. Pembuatan sistem kontrol yang simple dan praktis juga harus dibangun oleh pemilik brand. Tanpa sistem dan pengawasan terpadu maka standard akan turun, hal ini cukup berbahaya bagi kelangsungan usaha. Lainnya, untuk membuat konsumen agar menjadi loyal dapat dilakukan dengan kontrol kualitas yang baik serta pelayanan yang sesuai dengan segmen market yang ditentukan. Tidak hanya itu, berikan pelayanan terbaik pada semua pengunjung yang datang serta buatlah pengunjung senang ketika berkunjung. Djoko menambahkan rencana ekspansi gerai siomay dengan mengembangkan usaha dengan konsep mini resto cukup baik. Karena, bisa mengundang target market baru dan bakal membuka peluang usaha dalam kategori baru serta meningkatkan kredibilitas merek usaha. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Johana K.