KONTAN.CO.ID - JAKARTA. CoLearn, startup edtech (teknologi pendidikan) yang berbasis di Jakarta, mendapatkan pendanaan seri A sebesar US$ 10 juta atau setara Rp 143 miliar dari Alpha Wave Incubation (AWI) dan investor edtech asal Amerika Serikat, GSV Ventures. Investor yang sebelumnya telah memberikan pendanaan seperti Surge Sequoia Capital India dan AC Ventures juga kembali berpartisipasi dalam seri ini. Meskipun Indonesia memiliki potensi yang signifikan dalam bidang pendidikan, dunia edtech di Indonesia sebelumnya terbatas dalam inovasi dan tidak terlalu dilirik oleh investor. Maka dari itu, putaran pendanaan terbaru ini telah menjadikan CoLearn salah satu startup edtech yang paling banyak didanai di Indonesia. Pendanaan kali ini hanya berjarak kurang dari 6 bulan sejak pendanaan yang terakhir.
CoLearn meluncurkan aplikasinya pada bulan Agustus 2020, ketika pandemi COVID-19 sedang pada puncaknya. Dengan cepat, CoLearn menjangkau 3,5 juta murid dimana para murid menanyakan lebih dari 5 juta pertanyaan per bulannya. Semua pertanyaan mereka terjawab oleh Tanya, yang merupakan teknologi
artificial intelligence (AI) buatan CoLearn. Dalam sebuah survei, 80% murid melihat peningkatan nilai setelah menggunakan CoLearn.
Baca Juga: Kelas Pintar bikin layanan guru untuk bantu siswa di luar jam sekolah Tidak hanya membantu murid Indonesia mengerjakan PR dengan cepat, CoLearn memastikan para murid mendapatkan bantuan kualitas terbaik. Video solusi yang tersedia dibuat oleh tutor-tutor terbaik di Indonesia dan berisikan langkah-langkah mendetail serta pembahasan mendalam. Hal ini efektif membantu murid menghilangkan kecemasan dan rasa takut mereka terhadap mata pelajaran sulit seperti Matematika. Para murid juga didorong untuk kemudian memperdalam pemahaman mereka dengan menghadiri kelas
live online yang dibawakan secara interaktif oleh Guru Juara. Kelas Live dirancang sebagai lingkungan belajar yang positif bagi para murid. Di dalam setiap kelas, Guru Juara bertindak sebagai panutan yang mendorong dan menyemangati murid, sementara teman-teman sekelas lainnya pun tekun untuk belajar. Lingkungan belajar seperti ini menumbuhkan kepercayaan diri murid dalam menghadapi mata pelajaran yang sulit seperti Matematika. Di kelas, murid diajak memahami konsep-konsep yang kompleks melalui cara yang menarik dan mudah dipahami. “Meskipun memiliki ekosistem pendidikan terbesar keempat di dunia dengan 50 juta murid, tiga juta guru, dan sekitar setengah juta sekolah, selama beberapa dekade kualitas pendidikan di Indonesia tetap jauh di bawah potensi yang sebenarnya. Semangat untuk memotivasi murid dan memastikan mereka bisa sukses di dunia yang kian mengglobal adalah hal yang menggerakkan kami semua di CoLearn,” jelas Abhay Saboo, Co-Founder dan CEO, CoLearn dalam siaran pers, Selasa (20/4). Sejak dulu, Indonesia selalu tertinggal dari negara-negara tetangganya di wilayah Asia dalam bidang investasi dan inovasi pendidikan. Sebelum pandemi COVID-19, murid di Indonesia sangat bergantung pada tempat les atau bimbel (bimbingan belajar) untuk mendapatkan pelajaran tambahan. Hal ini terjadi karena tidak terlalu banyak pilihan bimbel online tersedia di Indonesia. Namun, saat ini Indonesia berada di titik dimana segalanya akan berubah. Dengan peningkatan akses internet dan smartphone, ditambah lagi penutupan sekolah-sekolah karena pandemi, solusi berbasis teknologi pendidikan dengan cepat diterima oleh masyarakat. “Orang Indonesia banyak yang belum sadar bahwa pendidikan adalah sarana untuk memperbaiki kekuatan ekonomi negara. Orangtua belum menyambungkan kedua titik itu. Tapi sekarang, perlahan-lahan sudah ada perubahan. Misi kami adalah mempercepat perubahan itu dengan meningkatkan kualitas pendidikan,” Abhay menambahkan.
Baca Juga: Simple future tense: Pengertian, rumus, dan contoh kalimatnya CoLearn didukung oleh kumpulan investor global terbaik seperti AWI, GSV, dan Surge Sequoia Capital India. Bagi investor seperti AWI dan GSV Ventures, CoLearn menandai awal investasi dan sebuah taruhan jangka panjang di negara terpadat keempat di dunia. AWI adalah perusahaan venture capital senilai US$300 juta, didukung oleh DisruptAD dan dikelola oleh Falcon Edge Capital, perusahaan pendanaan dunia bernilai US$ 5 miliar. GSV Ventures, salah satu investor lainnya di CoLearn, adalah perusahaan venture capital berbasis di Amerika Serikat yang menyuntikkan dana di bidang teknologi pendidikan. GSV berinvestasi pada para pemimpin yang tengah mengubah pasar pendidikan global. CoLearn adalah investasi GSV yang pertama di Indonesia.
Baca Juga: Kesulitan menyelesaikan soal Matematika, startup ini beri solusinya “GSV sangat senang dalam mendukung inisiatif kuat dari para pendiri CoLearn yang tengah berusaha untuk menghadirkan pengajaran berkualitas tinggi untuk murid-murid Indonesia dalam skala besar. Peluang untuk membangun solusi belajar yang sukses untuk negara keempat terbesar di dunia sangat besar. Bisnis-bisnis yang terbaik tercipta ketika para pengusaha mengambil masalah yang besar dan penting, lalu menyelesaikannya. CoLearn sedang melakukan hal itu,” ungkap Deborah Quazzo, Managing Partner, GSV Ventures.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli