JAKARTA. Penyaluran converter kit untuk angkutan umum bukan solusi bagi menekan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Pasalnya, baik angkutan barang maupun penumpang hanya mengonsumsi BBM bersubsidi kurang dari 7% dari keseluruhan BBM bersubsidi. Hal ini diungkapkan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda), Eka Sari Lorena. “Jumlah kendaraan yang menggunakan bahan bakar minyak yang harus dikurangi. Pengguna terbesar bahan bakar minyak adalah kendaraan pribadi roda dua dan empat yang tentunya saja jumlahnya besar, namun daya angkut manusia dan barangnya kecil. Maka yang harus paling dikurangi adalah kendaraan pribadi,” ujar Eka, Jumat (29/6). Menurut Eka, penyaluran converter kit untuk angkutan umum belum bersinergi dengan penyediaan infrastruktur, khususnya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG). Di sisi lain, pemerintah hanya menyediakan converter kit bagi angkutan umum. Eka mengatakan sebelum mengimplementasikan kebijakan ataupun program sebaiknya merencanakan akan sarana maupun prasarana pendukung. “Kalau mau buat program dan mau menjalankan, harus ada dan jelas pendukung pelaksanaannya. Sekarang saja untuk pengisian bahan bakar Bus way saja SPBG masih tidak konsisten,” tegasnya. Ia juga mempertanyakan kebijakan pemerintah untuk menyalurkan converter kit bagi angkutan umum sementara SPBG belum tersedia. Converter kit itu berarti kendaraan menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG). "Apakah sudah tersedia sarana SPBG untuk kendaraan umum yang mendukung kegiatan-kegiatan operasional," ujarnya. Eka bilang, sekarang saja bus way kesulitan dan lama kalau mengisi karena tidak memadai sarana BBG. Kalau ada program baru, tolong Sarana Prasarana harus jelas, lengkap dan aturan mainnya jelas, baru lancar di lapangannya dan masyarakat tidak dirugikan juga,” ucapnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Converter kit untuk angkutan umum bukan solusi
JAKARTA. Penyaluran converter kit untuk angkutan umum bukan solusi bagi menekan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Pasalnya, baik angkutan barang maupun penumpang hanya mengonsumsi BBM bersubsidi kurang dari 7% dari keseluruhan BBM bersubsidi. Hal ini diungkapkan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Organisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda), Eka Sari Lorena. “Jumlah kendaraan yang menggunakan bahan bakar minyak yang harus dikurangi. Pengguna terbesar bahan bakar minyak adalah kendaraan pribadi roda dua dan empat yang tentunya saja jumlahnya besar, namun daya angkut manusia dan barangnya kecil. Maka yang harus paling dikurangi adalah kendaraan pribadi,” ujar Eka, Jumat (29/6). Menurut Eka, penyaluran converter kit untuk angkutan umum belum bersinergi dengan penyediaan infrastruktur, khususnya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG). Di sisi lain, pemerintah hanya menyediakan converter kit bagi angkutan umum. Eka mengatakan sebelum mengimplementasikan kebijakan ataupun program sebaiknya merencanakan akan sarana maupun prasarana pendukung. “Kalau mau buat program dan mau menjalankan, harus ada dan jelas pendukung pelaksanaannya. Sekarang saja untuk pengisian bahan bakar Bus way saja SPBG masih tidak konsisten,” tegasnya. Ia juga mempertanyakan kebijakan pemerintah untuk menyalurkan converter kit bagi angkutan umum sementara SPBG belum tersedia. Converter kit itu berarti kendaraan menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG). "Apakah sudah tersedia sarana SPBG untuk kendaraan umum yang mendukung kegiatan-kegiatan operasional," ujarnya. Eka bilang, sekarang saja bus way kesulitan dan lama kalau mengisi karena tidak memadai sarana BBG. Kalau ada program baru, tolong Sarana Prasarana harus jelas, lengkap dan aturan mainnya jelas, baru lancar di lapangannya dan masyarakat tidak dirugikan juga,” ucapnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News