JAKARTA. PT COR Industri Indonesia tengah menggenjot pelaksanaan tahapan engineering, procurement and construction (EPC) pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) dengan kapasitas 100.000 ton nickel pig iron (NPI) per tahun di Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Rencananya, groundbreaking pembangunan pabrik produk logam nikel paduan akan digelar pada bulan Mei ini. Anak usaha PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) ini menargetkan proses konstruksi akan rampung pada Kuartal-II 2016 mendatang. "Sekarang sedang mobilisasi, tiang pancang rencananya akan dilakukan pada 20 Mei depan," kata Direktur Utama COR Industri Indonesia ketika dihubungi KONTAN, Selasa (5/5). COR Industri merupakan anak usaha DKFT dengan porsi kepemilikan 60% saham, sedangkan sisanya PT Makrolink Nickel Development yang merupakan anak usaha Makrolink Group. Perusahaan tersebut akan membangun smelter NPI dengan kapasitas total sebesar 300.000 ton per tahun dengan tiga tahapan. Untuk proyek pembangunan smelter tahap pertama, COR Industri telah menunjuk China National Machinery Import and Export (CMC) serta China Machinery Industry Construction Group Inc (SINOCONST) sebagai pelaksana konstruksi. Adapun investasi pembangunan smelter NPI tersebut mencapai US$ 150 juta. Ciho bilang, perusahaan telah membebaskan areal lahan 227 hektare sekaligus seluruh dokumen perizinannya. Ia memperkirakan progres pembangunan smelter sudah lebih dari 10%, sehingga pihaknya optimistis pada semester satu 2016, pabrik tersebut sudah bisa berproduksi. Terkait pemasaran logam NPI, Ciho mengungkapkan pihaknya berencana akan mengekspor produk tersebut ke China. "Sampai saat ini memang belum ada kontrak jual beli, namun kami tidak khawatir karena partner kami Makrolink juga punya pabrik di China yang siap menyerap ataupun menjualnya," kata dia. Asal tahu saja, sejak 2014 lalu, Central Omega tidak memperoleh pendapatan sama sekali pasca pemberlakuan larangan ekspor bijih nikel. Dengan demikian, COR Industri akan menjadi harapan bagi perusahaan tersebut untuk kembali meraih pendapatan. Pada Kuartal-I 2015, rugi bersih perusahaan tersebut mencapai Rp 4,4 miliar. Sedangkan total rugi bersih Central Omega sepanjang 2014 lalu mencapai Rp 28,7 miliar. "Kami harapkan COR Industri bisa memberikan pendapatan pada tahun depan," ujar Ciho yang juga menjabat sebagai Direktur Central Omega. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
COR Industri mulai gelar konstruksi smelter NPI
JAKARTA. PT COR Industri Indonesia tengah menggenjot pelaksanaan tahapan engineering, procurement and construction (EPC) pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) dengan kapasitas 100.000 ton nickel pig iron (NPI) per tahun di Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Rencananya, groundbreaking pembangunan pabrik produk logam nikel paduan akan digelar pada bulan Mei ini. Anak usaha PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) ini menargetkan proses konstruksi akan rampung pada Kuartal-II 2016 mendatang. "Sekarang sedang mobilisasi, tiang pancang rencananya akan dilakukan pada 20 Mei depan," kata Direktur Utama COR Industri Indonesia ketika dihubungi KONTAN, Selasa (5/5). COR Industri merupakan anak usaha DKFT dengan porsi kepemilikan 60% saham, sedangkan sisanya PT Makrolink Nickel Development yang merupakan anak usaha Makrolink Group. Perusahaan tersebut akan membangun smelter NPI dengan kapasitas total sebesar 300.000 ton per tahun dengan tiga tahapan. Untuk proyek pembangunan smelter tahap pertama, COR Industri telah menunjuk China National Machinery Import and Export (CMC) serta China Machinery Industry Construction Group Inc (SINOCONST) sebagai pelaksana konstruksi. Adapun investasi pembangunan smelter NPI tersebut mencapai US$ 150 juta. Ciho bilang, perusahaan telah membebaskan areal lahan 227 hektare sekaligus seluruh dokumen perizinannya. Ia memperkirakan progres pembangunan smelter sudah lebih dari 10%, sehingga pihaknya optimistis pada semester satu 2016, pabrik tersebut sudah bisa berproduksi. Terkait pemasaran logam NPI, Ciho mengungkapkan pihaknya berencana akan mengekspor produk tersebut ke China. "Sampai saat ini memang belum ada kontrak jual beli, namun kami tidak khawatir karena partner kami Makrolink juga punya pabrik di China yang siap menyerap ataupun menjualnya," kata dia. Asal tahu saja, sejak 2014 lalu, Central Omega tidak memperoleh pendapatan sama sekali pasca pemberlakuan larangan ekspor bijih nikel. Dengan demikian, COR Industri akan menjadi harapan bagi perusahaan tersebut untuk kembali meraih pendapatan. Pada Kuartal-I 2015, rugi bersih perusahaan tersebut mencapai Rp 4,4 miliar. Sedangkan total rugi bersih Central Omega sepanjang 2014 lalu mencapai Rp 28,7 miliar. "Kami harapkan COR Industri bisa memberikan pendapatan pada tahun depan," ujar Ciho yang juga menjabat sebagai Direktur Central Omega. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News