Core menilai tingkat konsumsi yang rendah disebabkan oleh penurunan pendapatan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menyebutkan masa pandemi Covid-19 menyebabkan daya beli masyarakat mulai menurun, terutama konsumsi rumah tangga yang menurun drastis. Bahkan, hal ini diperkirakan akan membuat tingkat konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2020 stagnan.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, pandemi Covid-19 membuat aktivitas ekonomi terhenti. Hal ini kemudian berdampak negatif terhadap dunia usaha, terlihat dari banyaknya perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) atau pemotongan gaji. "Penurunan income masyarakat inilah yang memotong daya beli dan konsumsi," ujar Piter kepada Kontan.co.id, Minggu (21/6).

Baca Juga: Indef memproyeksi konsumsi rumah tangga akan terkontraksi 2,08% di kuartal II


Meskipun pemerintah telah mengucurkan dana sebesar Rp 203,90 triliun untuk bantuan sosial (bansos), tetapi Piter menilai bantuan ini tidak dapat menggantikan pendapatan masyarakat yang hilang. Pasalnya, bansos hanya berfungsi untuk menahan penurunan tingkat konsumsi.

Menurut Piter, penurunan tingkat konsumsi rumah tangga pada kuartal II juga bukan berarti pemberian bansos tidak efektif. Tanpa adanya bansos penurunan konsumsi akan lebih dalam lagi.

Tingkat konsumsi pada semester kedua nanti diprediksi masih akan rendah, tetapi masih akan lebih baik daripada kuartal II yang diperkirakan akan terkontraksi dalam. Sedikit membaiknya konsumsi ini, didorong oleh kebijakan new normal.

"Pada kuartal II, diperkirakan konsumsi akan terkontraksi di kisaran -2% hingga -4%. Untuk kuartal III masih akan berada di kisaran 0 hingga -2%," kata Piter.

Baca Juga: Selama pandemi, pengeluaran untuk bahan makanan melonjak 51%

Ia menjelaskan, selama masih ada wabah Covid-19 maka tingkat konsumsi akan sulit untuk tumbuh di tahun ini. Kebutuhan konsumsi rumah tangga juga hanya akan terbatas pada barang-barang primer saja, karena masyarakat masih akan menunda konsumsi pada barang-barang sekunder, apalagi barang mewah.

Sementara itu, komponen makanan dan farmasi juga diperkirakan akan terbatas dan tidak meningkat drastis. Hal ini pun dinilai tidak akan cukup untuk menutup penurunan konsumsi barang sekunder serta barang mewah.

Baca Juga: Ini penyebab tingkat konsumsi rumah tangga melemah di kuartal kedua 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati