CPIN siapkan ekspansi besar-besaran



JAKARTA. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) menyiapkan ekspansi bisnis. Produsen pakan ternak ini menganggarkan Rp 2,5 triliun untuk membiayai ekspansi bisnisnya berupa pembangunan beberapa pabrik hingga akhir tahun 2012.

Thomas Effendy, Presiden Direktur CPIN, memaparkan dana tersebut akan dialokasikan untuk mengembangkan tiga segmen bisnis utama perseroan ini. Rinciannya, perusahaan asal Thailand ini berniat mengalokasikan Rp 1 triliun untuk pengembangan segmen pakan ternak (feedmill).

CPIN tengah menyelesaikan pembangunan pabrik pakan ternak di Lampung. Pabrik tersebut ditargetkan beroperasi mulai November mendatang. Penghasil pakan ternak ini juga akan membangun dua pabrik baru lagi, yang masing-masing berlokasi di Cirebon, Jawa Barat serta Bali.


Proses pembangunan pabrik baru di Cirebon sudah sampai di tahap pembelian lahan. Pembangunan dijadwalkan mulai akhir tahun ini. "Kalau pabrik di Bali, masih cari tanah. Kemungkinan baru dibangun tahun depan," kata Thomas, Senin (26/9).

Tiga pabrik baru tersebut akan melengkapi tujuh pabrik pakan ternak yang sudah dimiliki CPIN. Setelah ketiga pabrik itu selesai, kapasitas produksi pakan ternak akan naik menjadi 5 juta ton per tahun dari kapasitas saat ini yang masih 4 juta ton per tahun.

Sektor pembibitan dan penetasan ayam juga bakal mendapat kucuran dana Rp 1 triliun. Dengan dana tersebut, CPIN berniat membangun tempat pembibitan anak ayam umur sehari atau day old chicks (DOC) di beberapa daerah, termasuk Indonesia Timur. Perseroan ini berharap ekspansi ini bisa menaikkan produksi DOC dari 10 juta ekor per minggu menjadi 15 juta ekor per minggu.

Awal tahun ini, CPIN juga mengakuisisi PT Cipendawa Agriindustri melalui anak usahanya, yaitu Charoen Pokphand Jaya Farm. Akuisisi ini dilakukan untuk meningkatkan produksi DOC.

Sedang sisa dana Rp 500 miliar akan digunakan untuk ekspansi di sektor pengolahan makanan (food processing). CPIN berniat membangun tiga pabrik baru di Medan, Pasuruan dan Makassar. Ketiga pabrik ini rencananya mulai dibangun awal 2012 dan ditargetkan selesai akhir tahun tersebut.

Thomas mengatakan, pihaknya memang ingin meningkatkan kontribusi sektor food processing. Saat ini, kontribusi sektor tersebut baru sekitar 10%. "Harapannya kontribusi food processing bisa naik menjadi 15%," kata Thomas.

Lini pakan ternak masih menjadi penyumbang pendapatan terbesar bagi CPIN, sekitar 73%. Sedang sektor pembibitan DOC memberi kontribusi sebesar 15%.

CPIN memenuhi sebagian besar kebutuhan pendanaan ekspansi tersebut dari pinjaman perbankan. Perusahaan ini sudah memperoleh pinjaman dari sindikasi 13 bank yang dipimpin Citi Bank Indonesia. Total nilai pinjaman tersebut mencapai US$ 250 juta.

Dari jumlah tersebut, sekitar US$ 200 juta, atau sekitar Rp 1,8 triliun, akan digunakan untuk keperluan ekspansi. Sisa kebutuhan dana ekspansi akan dipenuhi dari kas internal.

Refinancing utang

Sementara sisa dana pinjaman sebesar US$ 50 juta akan digunakan CPIN untuk melakukan pembiayaan kembali atas sisa pinjaman sindikasi di 2007. "Refinancing kemungkinan dilakukan awal Oktober ini," ungkap Thomas.

Thomas memaparkan, pihaknya tidak menjaminkan aset apapun guna memperoleh pinjaman tersebut. Pinjaman yang berasal dari sindikasi 13 bank ini terbagi dalam dua jenis.

Pertama, pinjaman yang berupa amortizing term loan facility senilai US$ 100 juta. Jangka waktu pengembalian utang ini selama lima tahun.

Kedua, pinjaman berbentuk revolving credit facility senilai US$ 150 juta. Utang ini memiliki jangka waktu pengembalian tiga tahun. Tapi CPIN mempunyai opsi perpanjangan dua tahun dengan diskresi dari kreditur.

Analis menilai rencana ekspansi CPIN ke depan akan mendapat respon positif dari pasar. Apalagi rencana ekspansi tersebut dibiayai dengan pinjaman dan dana internal. "Kalau CPIN melakukan rights issue untuk membiayai agenda ekspansi, pasar pasti merespon negatif karena kondisi ekonomi sedang gonjang-ganjing," tutur Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia.

Ia juga menilai ekspansi tersebut akan berdampak positif bagi kinerja CPIN. Emiten itu dinilai tidak akan kesulitan menawarkan tambahan produksi hasil ekspansi.

CPIN sendiri menargetkan bisa memperoleh pendapatan sebesar Rp 17 triliun di akhir 2011 ini. Selain itu, produsen pakan ternak ini menargetkan bisa mencetak kenaikan laba 10% dari laba di 2010 sebesar Rp 2,2 triliun.

Sampai akhir Juni 2011 lalu, CPIN sudah berhasil membukukan penjualan sebesar Rp 8,78 triliun. lebih tinggi dari penjualan di semester satu 2010 sebesar Rp 6,95 triliun. Sedang laba bersih perusahaan ini mencapai Rp 1,26 triliun di periode tersebut. Tahun lalu, laba CPIN di semester satu cuma mencapai Rp 941,78 miliar.

Di saat bursa lesu darah, CPIN turut melandai. Harga CPIN, Senin (26/9), melemah 7,95% menjadi Rp 2.025 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can