CPIN terpikat prospek bisnis olahan makanan



JAKARTA. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) akan memperkuat lini bisnis makanan olahan. Maklum, tahun lalu, penjualan makanan olahan berbahan ayam CPIN tumbuh 20%. Pencapaian ini melampaui pertumbuhan bisnis pakan ternak yang hanya tumbuh 12%.

Tren pertumbuhan berlanjut di kuartal I-2013. Saat lini usaha pakan ternak hanya tumbuh 17%, segmen makanan olahan CPIN masih meningkat 19%.CPIN pun menargetkan kontribusi pendapatan lini makanan olahan bakal naik dari 9% pada tahun 2012 menjadi sekitar 10%-11% di tahun ini. Caranya, CPIN memperbesar kapasitas pabrik bahan makanan olahan di tiga daerah yaitu Mojokerto, Bandung dan Salatiga. Kapasitas produksi pabrik akan naik 33% dari 6.000 ton per bulan menjadi 8.000 ton per bulan.

CPIN sudah menganggarkan belanja modal Rp 2 triliun di tahun ini. Selain untuk ekspansi bisnis olahan makanan, dana ini juga untuk lini bisnis pakan ternak.


Kepala Riset Sucorinvest Central Gani, Arief Budiman belum bisa menghitung kontribusi ekspansi CPIN di bisnis makanan olahan itu ke pendapatan dan laba bersih CPIN. Namun, CPIN sebagai salah satu emiten poultry akan diuntungkan dari gaya hidup modern konsumen Indonesia.

Pertumbuhan segmen makanan olahan juga ditopang dari kenaikan konsumsi karena upah minimum yang naik di 2013. "Kenaikan upah cukup memperkuat daya beli masyarakat," ujar Arief.

Dia memprediksi, dalam lima tahun ke depan konsumsi ayam masyarakat Indonesia bisa naik dari 5,8 kilogram (kg) per kapita menjadi 7,1 kg per kapita.

Analis Trust Securities, Reza Priyambada, menilai ekspansi di makanan olahan akan membuat pendapatan CPIN lebih stabil. Sebab, bisnis utama di pakan ternak sangat bergantung pergerakan harga bahan baku impor, seperti kedelai. Jika harga bahan baku impor naik, margin perusahaan tergerus.

Sementara, kata Reza, bisnis makanan olahan lebih stabil. CPIN juga bisa meningkatkan harga jual makanan olahan hingga 8% per tahun.Reza juga melihat, laporan posisi keuangan CPIN masih cukup bagus. Sehingga tidak masalah jika, CPIN kembali mencari pinjaman untuk kebutuhan ekspansi. Per kuartal I/2013 posisi utang CPIN Rp 3,9 triliun. Jika ditambah dengan pinjaman baru Rp 2 triliun, posisi debt to equity ratio (DER) CPIN masih 0,63 kali.

Reza juga yakin, pendapatan CPIN masih bisa tumbuh 15% menjadi Rp 24,5 triliun di 2013. Begitu juga laba bersih akan naik 30% menjadi Rp 3,6 triliun. Tapi, jika inflasi naik, kata Reza, pendapatan CPIN hanya akan naik 10% menjadi Rp 23,5 triliun. Sementara, laba bersih hanya tumbuh 18% di Rp 3,2 triliun.

Analis Bahana Securities, Aditya Eka Prakasa dalam risetnya 28 Maret 2013, memperkirakan pendapatan CPIN akan tumbuh 14,8% menjadi Rp 23,7 triliundi 2013. Sementara, laba bersih naik 25% menjadi Rp 3,3 triliun.

Arief merekomendasikan hold saham CPIN di Rp 4.500 yang mencerminkan PER 25,2 kali. Adapun, Reza menyarankan buy di harga Rp 5.400 mencerminkan PER 31 kali. Sementara, Aditya merekomendasikan sell saham CPIN dengan target harga Rp 4.200.

Kemarin, harga CPIN naik 0,99% ke Rp 5.100.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana