CPIN tetap berkotek meski harga DOC menurun



JAKARTA. Harga anak ayam atau day old chicken (DOC) menurun. Kondisi tersebut telah terjadi sejak November 2014. Harga DOC bahkan sempat Rp 500 per ekor.  

Karena itu, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) mengurangi produksi DOC dari 45 juta ekor menjadi 15 juta ekor per minggu. "Semua perusahaan ternak ayam pasti akan memangkas produksi agar tidak merugi," ungkap Desianto Budiman, Vice President Feed Technology CPIN, beberapa waktu lalu.

Analis BNI Securities Dessy Lapagu mengatakan, langkah tersebut cukup tepat. Sebab terbukti mulai Desember 2014, harga DOC sudah kembali naik ke Rp 2.000 per ekor. Dan menjadi Rp 2.200 per ekor di Januari.


Jika emiten peternak mampu membuat keseimbangan antara permintaan dan suplai, Dessy yakin, harga DOC dapat menyentuh Rp 2.500-Rp 3.500 per ekor. "Ada indikasi peternak mengurangi impor bibit indukan ayam 10%," kata dia.

Namun, Analis Ciptadana Sekuritas Andre Varian menilai, turunnya harga DOC di November 2014 akan berdampak besar pada kinerja di kuartal IV-2014. Sementara di kuartal III-2014 harga DOC juga masih rendah.

Untungnya, mayoritas pendapatan CPIN masih di bisnis pakan ternak sebesar 73%. Sedangkan DOC hanya 12%. Kontribusi pendapatan CPIN lainnya dari bisnis ayam olahan 9%, dan 6% dari bisnis lain. Karena itu para analis yakin, prospek CPIN masih baik di tahun ini.

Ekspor makanan olahan

Apalagi CPIN akan mulai ekspor makanan hasil olahan ayam ke Jepang di awal 2015. CPIN menargetkan pendapatan ekspor mencapai US$ 200 juta dari ekspor atau 10% dari total pasar karage di Jepang.

CPIN juga menargetkan untuk ekspor ke negara Timur Tengah seperti Saudi Arabia pada semester I tahun ini. CPIN juga akan melebarkan pasar ke Singapura, Kamboja, Myanmar, Laos dan Vietnam.

Tak hanya itu, CPIN juga telah masuk bisnis minuman. "CPIN akan membangun pabrik minuman seperti air mineral, teh dan susu," tulis Herman Koeswanto, Analis Mandiri Sekuritas dalam riset pada 18 Desember 2014.

Herman menambahkan, produk air mineral CPIN akan bermerek Frozen.  Sedangkan untuk produk susu, CPIN akan berkerja dengan perusahaan asal jepang, Japan Meiji dalam bentuk join venture.

Meski banyak katalis positif, Andre menilai, CPIN bakal dibayang-bayangi faktor negatif dari pelemahan rupiah. Maklum, bahan baku pakan ternak CPIN masih banyak impor. Seperti jagung dan kedelai. Bahkan indukan ayam lebih banyak impor.

Namun, Herman memprediksikan, CPIN bisa melewati tantangan tersebut di tahun ini. Dia yakin, pendapatan CPIN akan meningkat menjadi Rp 27,79 triliun di 2014 dan Rp 30,85 triliundi 2015. Sedangkan laba bersih akan menjadi Rp 2,42 triliun di 2014 dan Rp 3,54 triliun di 2015.

Kalau proyeksi Dessy, pendapatan CPIN menjadi Rp 30,97 triliun dengan laba bersih Rp 3,27 triliun pada tahun lalu. Sedangkan di 2015 pendapatan CPIN menjadi Rp 38,71 triliun dengan laba bersih Rp 4,09 triliun.

Dessy dan Herman merekomendasikan, beli di Rp 5.110 dan Rp Rp 6.000. Dan Andre menyarankan, hold di Rp 4.000. Senin (12/1) harga CPIN naik 0,53% ke Rp 3.825.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana