KUALA LUMPUR. Harga kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) turun ke level terendah dalam lima pekan, akibat kekhawatiran krisis utang Eropa memperburuk. Kontrak CPO untuk pengiriman Oktober di Malaysia Derivatives Exchange, turun 2,2% menjadi RM 2.924 ringgit (US$ 921) per metrik ton. Ini merupakan harga terendah sejak 19 Juni. Sementara, pada siang hari, harga CPO futures berada di harga RM 2.951 . Penurunan harga CPO terjadi karena adanya skeptisisme Spanyol bisa akan mencapai target bailout. Faktor lainnya adalah, adanya keputusan Moody, menurunkan peringkat Jerman, Belanda dan Luxembourg. "Penurunan peringkat itu dapat memperkuat kekhawatiran pasar," kata James Ratnam, analis TA Securities Holdings Bhd. Ia menjelaskan, penurunan peringkat itu membuat cemas sektor keuangan. Sementara itu, impor minyak sawit oleh China, pengimpor CPO terbesar setelah India pada bulan Juni lalu turun 23,6% menjadi 392.558 ton. "Impor CPO diperkirakan tetap lesu karena di China permintaan lebih rendah," kata Wayne Gordon, seorang analis di UBS AG, dalam laporan yang dirilis kemarin.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
CPO babak belur dihajar krisis Eropa
KUALA LUMPUR. Harga kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) turun ke level terendah dalam lima pekan, akibat kekhawatiran krisis utang Eropa memperburuk. Kontrak CPO untuk pengiriman Oktober di Malaysia Derivatives Exchange, turun 2,2% menjadi RM 2.924 ringgit (US$ 921) per metrik ton. Ini merupakan harga terendah sejak 19 Juni. Sementara, pada siang hari, harga CPO futures berada di harga RM 2.951 . Penurunan harga CPO terjadi karena adanya skeptisisme Spanyol bisa akan mencapai target bailout. Faktor lainnya adalah, adanya keputusan Moody, menurunkan peringkat Jerman, Belanda dan Luxembourg. "Penurunan peringkat itu dapat memperkuat kekhawatiran pasar," kata James Ratnam, analis TA Securities Holdings Bhd. Ia menjelaskan, penurunan peringkat itu membuat cemas sektor keuangan. Sementara itu, impor minyak sawit oleh China, pengimpor CPO terbesar setelah India pada bulan Juni lalu turun 23,6% menjadi 392.558 ton. "Impor CPO diperkirakan tetap lesu karena di China permintaan lebih rendah," kata Wayne Gordon, seorang analis di UBS AG, dalam laporan yang dirilis kemarin.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News