CPO Masih Dibayangi Sentimen Negatif, Begini Rekomendasi Saham Emiten Sawit



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) masih dibayangi sentimen negatif. Melansir Trading Economics, Kamis (24/8), harga CPO turun 4,55% secara bulanan dan 8,85% secara tahunan.

Tak hanya itu, Uni Eropa (UE) telah mengimplementasi Peraturan Deforestasi Uni Eropa (EUDR) yang melarang impor produk hasil olahan CPO.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, pelarangan impor CPO oleh UE merupakan masalah klasik yang dihadapi pemerintah Indonesia dalam menjalankan diplomasi ekonomi. 


“Oleh karena itu, emiten CPO juga pasti memiliki mitigasi risiko terkait faktor dinamika geopolitik, khususnya terhadap kebijakan diskriminatif dari UE,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (22/8).

Baca Juga: Harga CPO Berjangka Diperkirakan Melemah di Akhir Tahun, Ini Penyebabnya

Saat ini, kata Nafan, emiten CPO sangat mengandalkan penjualan domestik yang sudah mengalami peningkatan akibat naiknya daya beli masyarakat. 

Sedangkan, sentimen positif lain dari global adalah adanya peningkatan permintaan yang kuat dari China dan India. Kedua negara itu, menurut Nafan, kinerja perekonomiannya masih tercatat baik. 

“Di China, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II masih bagus. Jadi, harusnya masih ada prospek cerah untuk emiten CPO,” tuturnya.

Di sisi lain, diundurnya bursa CPO oleh Bappebti ke tahun 2024 lebih disebabkan oleh persiapan infrastruktur. Namun, bursa CPO seharusnya bisa dimaksimalkan untuk kebutuhan pasar domestik. 

Baca Juga: Meski Menguat, Harga CPO Dinilai Masih Dalam Tekanan

“Meskipun saat ini belum terbentuk di dalam negeri, tetapi masih ada bursa CPO di Malaysia, yang  mana perdagangannya sudah terjalin sejak sekitar 10 tahun terakhir,” paparnya.

Meskipun begitu, Nafan melihat, kehadiran bursa CPO tidak begitu berkaitan langsung dengan kondisi ekonomi riil yang bisa mempengaruhi perdagangan CPO secara langsung.

“Beda dengan daya beli masyarakat yang merupakan kondisi riil perekonomian yang bisa mempengaruhi secara langsung penjualan CPO,” paparnya.

Selain itu, penerapan biodiesel B35 juga seharusnya bisa menjadi sentimen positif bagi kinerja emiten CPO secara jangka panjang.

Nafan pun merekomendasikan add untuk LSIP dan AALI dengan target harga Rp 1.175 per saham-Rp 1.275 per saham dan Rp 8.000 per saham-Rp 8.425 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati