CPO terancam pembatasan impor Uni Eropa



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Isu pembatasan impor minyak sawit mentah atau crude plam oil (CPO) oleh kawasan Uni Eropa kembali membayangi pergerakan harga. Potensi penurunan permintaan jika hal itu benar-benar terjadi bisa menjadi katalis negatif yang menekan harga CPO.

“Investor mulai mempertimbangkan terganggunya pengiriman setelah Uni Eropa kembali memperkuat argumennya untuk kebijakan pembatasan impor minyak nabati karena penggundulan hutan yang disebabkan oleh produksi minyak sawit,” ujar Faisyal, Analis PT Monex Investindo Futures dalam keterangan tertulis, Rabu (22/11).

Sejauh ini, Indonesia dan Malaysia sebagai dua negara produsen minyak sawit terbesar di dunia tengah berusaha negosiasi dengan pihak Uni Eropa. Rencananya Mahendra Siregar, Direktur Eksekutid Council of Plam Oil Producing Countries (CPOPC) akan menghadiri konfrensi CPO di Brussels pekan ini untuk membahas persoalan tersebut.


Selain dibayangi pembatasan Uni Eropa, hanya minyak sawit mentah juga dipengaruhi oleh penguatan ringgit Malaysia. Mengutip Bloomberg, Rabu (22/11) pukul 14.45 WIB, mata uang Malaysia menguat 0,51% ke level RM 4.1188 per dollar AS dibanding sehari sebelumnya.

“Ringgit yang menguat akan membuat harga minyak sawit menjadi lebih mahal untuk pemilik mata uang lainnya,” imbuhnya.

Dalam perhitungan Faisyal, sepanjang Rabu (22/11), CPO akan bergerak pada rentang harga RM 2.550-RM 2.620 per ton. Jika harga berhasil menembus level RM 2.550, maka pergerakannya akan menguji level RM 2.520 per ton. Sedangkan jika berhasil melampaui level RM 2.620, ada kemungkinan harga bisa membidik resistance selanjutnya di RM 2.655 per ton.

Mengutip Bloomberg, Rabu (22/11) pukul 14.50 WIB, harga CPO menguat 0,46% ke level RM 2.634 per metrik ton. Dibanding sepekan sebelumnya harganya terkoreksi 3,59%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini