KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) menilai kesepakatan Uni Eropa dalam Renewable Energy Directive II (RED II) terkait minyak nabati terlalu menggunakan referensi dari Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS). Akibatnya kerangka tersebut tidak sesuai untuk negara-negara produsen minyak kelapa sawit (CPO) sehingga berimplikasi diskriminatif. Direktur Eksekutif CPOPC, Mahendra Siregar mengatakan, terdapat kekhawatiran bagi produsen sawit bisa terkena dampak akibat penyusunan pada standar penggunaan lahan secara tidak langsung alias Indirect Land Use Change (ILUC), terhadap perubahan iklim. "Kami khawatir ILUC digunakan oleh Komisi Eropa sebagai dalih bagi proteksionisme, terutama untuk menjadikan minyak sawit tidak kompetitif dibanding minyak nabati lain yang diproduksi di UE," terang Mahendra dalam keterangan resmi yang Kontan.co.id terima pada Selasa (2/10).
CPOPC: Skema ILUC Uni Eropa berpotensi menekan harga sawit
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) menilai kesepakatan Uni Eropa dalam Renewable Energy Directive II (RED II) terkait minyak nabati terlalu menggunakan referensi dari Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS). Akibatnya kerangka tersebut tidak sesuai untuk negara-negara produsen minyak kelapa sawit (CPO) sehingga berimplikasi diskriminatif. Direktur Eksekutif CPOPC, Mahendra Siregar mengatakan, terdapat kekhawatiran bagi produsen sawit bisa terkena dampak akibat penyusunan pada standar penggunaan lahan secara tidak langsung alias Indirect Land Use Change (ILUC), terhadap perubahan iklim. "Kami khawatir ILUC digunakan oleh Komisi Eropa sebagai dalih bagi proteksionisme, terutama untuk menjadikan minyak sawit tidak kompetitif dibanding minyak nabati lain yang diproduksi di UE," terang Mahendra dalam keterangan resmi yang Kontan.co.id terima pada Selasa (2/10).