Credit Suisse, HSBC, Manulife yakin rupiah akan memimpin mata uang regional



SINGAPURA/NEW YORK. Credit Suisse Group AG memprediksi, mata uang Indonesia yaitu rupiah dan mata uang Korea Selatan yaitu won akan memimpin penguatan mata uang Asia di sepanjang sisa 2011. Credit Suisse yang selama ini dikenal sebagai peramal handal menyatakan, rupiah menguat lantaran otoritas moneter mampu mengendalikan angka inflasi sesuai dengan yang diinginkan.

Mata uang garuda diramal akan naik 4,5% di akhir tahun terhadap dollar Amerika Serikat (AS). "Dilihat dari pertumbuhan ekonomi, arus modal asing masih akan terus mengalir ke Indonesia," kata Goh Puay Yeong, strategist valas di Credit Suisse Singapura.

Bank urutan kedua di Swiss tersebut sangat yakin Indonesia segera menggenggam predikat investment grade. Tentu saja, gelar tersebut menjadi pemikat utama para pemilik modal di pasar global. Tiga lembaga pemeringkat dunia yaitu Standard & Poor/S&P, Fitch Ratings dan Moody`s Investors Service diperkirakan tak ragu memberikan gelar paling tinggi di sektor investasi global pada Indonesia.


Pernyataan Credit Suisse Group ini dikuatkan oleh Endre Pedersen dari Manulife Asset Management Hong Kong. "Rupiah masih akan mendominasi penguatan mata uang di Asia," jelas dia.

HSBC Holdings Plc, dengan prediksi paling akurat selama semester I 2011, juga memprediksi rupiah akan menguat 3,3% menjadi Rp 8.300 pada semester kedua 2011 ini.

Perkiraan analis ini datang setelah sebelumnya Bank Indonesia (BI) sangat yakin bahwa rupiah akan bergerak positif terhadap dollar AS. Sebab, target inflasi yang selama ini dipatok berhasil dikendalikan dan tidak bergerak liar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: