Credit Suisse ramalkan rupiah pimpin penguatan mata uang Asia



SINGAPURA. Rupiah dan won diramalkan akan memimpin penguatan mata uang Asia pada sisa tahun ini. Ini merupakan prediksi Credit Suisse Group AG, perusahaan yang dianggap paling akurat dalam memprediksi mata uang Asia. Credit Suisse memperkirakan, rupiah akan menguat sebesar 4,5% dalam sisa enam bulan terakhir hingga 31 Desember mendatang. Sedangkan, won akan menguat sebesar 4%. Catatan saja, rupiah dan won merupakan mata uang terbaik pada semester pada tahun ini berdasarkan Credit Suisse.Pada semester pertama, won telah menguat sebesar 5,5% sedangkan mata uang merah putih sebesar 4,7%. Penguatan rupiah yang tertinggi terjadi pada 8 Juni lalu. Ketika itu, otot mata uang garuda menguat sebesar Rp 8.499 per dollar Amerika Serikat. Ini merupakan level terkuat sejak Maret 2004 silam.Pengamat valuta asing Credit Suisse Goh Puay Yeong mengatakan, penguatan mata uang Asia itu terjadi seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan meningkatnya suku bunga sehingga menarik aliran dana asing. Selain itu, dia beralasan penguatan mata uang Asia terjadi karena adanya permintaan yang tinggi akibat Federal Reserve yang masih mempertahankan suku bunga sekitar 0% dan pemulihan industri Jepang pasca gempa 11 Maret lalu. "Indonesia pasti akan berlanjut dan Korea Selatan sedang melihat apresiasi mata uang sebagai bagian kebijakan untuk menahan inflasi," katanya, Selasa (12/7).

Credit Suisse meramalkan aliran dana asing yang mengucur ke Indonesia akan semakin deras bila memperoleh peringkat investment grade tahun ini. Saat ini, peringkat surat utang Indonesia masih satu notch dibawah peringkat investment grade. Tahun ini, aliran dana asing yang mengalir ke pasar saham sudah mencapai US$ 2,5 miliar. Sedangkan, dana asing yang menyerbut ke pasar obligasi negara US$ 5,1 miliar. Berbeda dengan Credit Suisse, Barclays Plc justru meramalkan dollar Taiwan akan menjadi terbaik tahun ini. Lembaga memprediksikan dollar Taiwan akan menguat sebesar 4,7%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Edy Can