Crypto money-game



Anda tinggal di Jakarta? Pernah naik ojek online, Gojek atau Grap, dong? Pernah juga naik taksi online, kan?

Lalu, aplikasi apa saja yang tertanam di telepon Anda? WhatsApp tentu salah satunya. LINE juga, mungkin. Anda tentu menginstal Facebook, Twiter, atau Instagram untuk gaul di media sosial Anda.

Sedikit lebih jarang, sebagian dari Anda mungkin memasang aplikasi Netflix atau Iflix. Atau, karena lebih suka mendengarkan musik daripada menonton film, bisa jadi Anda pilih menanam Spotify atau Joox. Ah, karena senang menyimak cuap-cuap penyiar, mungkin Anda juga mendengarkan radio streaming dari TuneIn Radio atau Simple Radio. Ya, tanpa terasa sebagian hidup kini kita lalui dengan cara-cara baru yang bahkan 5 sampai 10 tahun lalu belum terbayangkan bakal ada.


Bagi sebagian orang, salah satu "cara hidup baru" itu adalah memiliki harta berupa crypto currency, mata uang digital yang produksi dan distribusinya secara terenkripsi. Nah, bitcoin, adalah salah satu matauang gaib semacam itu yang paling populer di dunia saat ini.

Kini total nilai bitcoin yang beredar sekitar US$ 70,1 miliar atau setara Rp 942 triliun. Pada 1 September 2017 lalu sempat mencapai Rp 81,2 miliar alias sekitar senilai Rp 1.077 triliun.

Dari semula sekadar sebagai alternatif alat pembayaran, kini peran bitcoin berkembang menjadi cara baru berspekulasi mengejar profit. Fluktuasi nilai tukar bitcoin terhadap matauang sungguhan, seperti dollar AS dan rupiah, telah menjadikan bitcoin sebagai komoditas perdagangan menggiurkan. Orang hanya perlu menjual bitcoin lebih mahal daripada harga beli. Begitu rumus profitnya.

Tapi, sebagaimana trading komoditas yang lain, tentu tak selalu mudah bagi orang awam untuk trading bitcoin secara ideal. Celah itulah yang belakangan ini dimanfaatkan sekelompok orang untuk merancang modus money-game dalam perdagangan bitcoin.

Peserta diminta mendepositkan bitcoin ke rekening tertentu. Lalu, dengan software tertentu, bitcoin itu akan diperdagangkan dengan "janji" keuntungan puluhan persen per bulan. Bukan hanya itu, jika peserta bisa mengajak orang lain untuk bergabung, maka tersedia bonus yang lumayan pula. De ja vu? Ya, berdasarkan cirinya, penawaran seperti itu memang sangat menyerupai brosur-brosur money-game.

Apa boleh buat, transformasi digital ternyata tak otomatis membawa serta transformasi mental.             

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi