JAKARTA. Tulisan salah satu media asal Australia, The Sydney Morning Herald menyebutkan, Center Strategic and International Studies (CSIS) menjadi salah satu lembaga survei yang terlambat memublikasi atau bahkan diam, terkait pergeseran dukungan kandidat dalam pemilu presiden 2014. Menanggapi hal tersebut, peneliti CSIS, Philips Jusario Vermonte membantah berita yang beredar secara tidak langsung di media-media Indonesia tersebut."Enggak. Kita enggak sengaja menyembunyikan (hasil survei). Tapi memang belum dirilis saja," kata dia kepada Kompas.com di Jakarta, Sabtu (28/6/2014).Philip mengatakan, lembaganya memang melakukan survei terkait peta dukungan antara Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Dia pun menyebut, berdasarkan survei tersebut, pasangan Jokowi-JK masih unggul tipis atas pasangan Prabowo-Hatta."Dan itu saya kira konsisten dengan survei-survei lain," ujar Philips.Philips pun menjelaskan, alasan mengapa CSIS belum mempublikasikan hasil survei tersebut adalah karena lembaganya baru melakukan survei sebanyak satu kali. Ia beralasan satu kali survei belum memperlihatkan tren dukungan kepada kandidat."Kalau kita tampilkan kita tidak bisa melihat trennya dan mungkin jadi tidak adil bagi salah satu calon baik Pak Jokowi-JK maupun Pak Prabowo-Hatta. Tapi kalau memang kami melakukan satu kali survei lagi, kita bisa rilis surveinya," ucap dia.Philips menambahkan survei yang dilakukan oleh CSIS berbeda dengan survei yang dilakukan lembaga lain. Demi akurasi, kata dia, CSIS juga melakukan survei dengan melakukan oversampling di beberapa provinsi yang strategis dalam menentukan kemenangan kandidat."Ini kami perlu waktu untuk lebih banyak waktu untuk menganalisis, melihat, dan seterusnya," tandas Philips.Sebelumnya, Sydney Morning Herald mengeluarkan tulisan berjudul "The Silence of the Polls as Prabowo pulls ahead in Jakarta race". Tulisan itu mempertanyakan lembaga-lembaga survei di Indonesia yang terlambat memublikasi atau diam ketika terjadi pergeseran dukungan dalam pemilu presiden 2014.Tiga dari lima lembaga yang dikutip dalam tulisan tersebut adalah lembaga-lembaga survei yang kredibel. Mereka adalah CSIS, Saiful Mujani Research and Consulting, dan Indikator, yang mendapati dukungan Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK berkejaran.Ketua Tim Kampanye Nasional Prabowo-Hatta, Mahfud MD juga merujuk pemberitaan di media Australia tersebut. Dia menyebut beberapa lembaga survei menyembunyikan hasil survei karena elektabilitas Prabowo-Hatta unggul dibanding Jokowi-JK. (Rahmat Fiansyah)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
CSIS membantah tudingan media Australia
JAKARTA. Tulisan salah satu media asal Australia, The Sydney Morning Herald menyebutkan, Center Strategic and International Studies (CSIS) menjadi salah satu lembaga survei yang terlambat memublikasi atau bahkan diam, terkait pergeseran dukungan kandidat dalam pemilu presiden 2014. Menanggapi hal tersebut, peneliti CSIS, Philips Jusario Vermonte membantah berita yang beredar secara tidak langsung di media-media Indonesia tersebut."Enggak. Kita enggak sengaja menyembunyikan (hasil survei). Tapi memang belum dirilis saja," kata dia kepada Kompas.com di Jakarta, Sabtu (28/6/2014).Philip mengatakan, lembaganya memang melakukan survei terkait peta dukungan antara Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Dia pun menyebut, berdasarkan survei tersebut, pasangan Jokowi-JK masih unggul tipis atas pasangan Prabowo-Hatta."Dan itu saya kira konsisten dengan survei-survei lain," ujar Philips.Philips pun menjelaskan, alasan mengapa CSIS belum mempublikasikan hasil survei tersebut adalah karena lembaganya baru melakukan survei sebanyak satu kali. Ia beralasan satu kali survei belum memperlihatkan tren dukungan kepada kandidat."Kalau kita tampilkan kita tidak bisa melihat trennya dan mungkin jadi tidak adil bagi salah satu calon baik Pak Jokowi-JK maupun Pak Prabowo-Hatta. Tapi kalau memang kami melakukan satu kali survei lagi, kita bisa rilis surveinya," ucap dia.Philips menambahkan survei yang dilakukan oleh CSIS berbeda dengan survei yang dilakukan lembaga lain. Demi akurasi, kata dia, CSIS juga melakukan survei dengan melakukan oversampling di beberapa provinsi yang strategis dalam menentukan kemenangan kandidat."Ini kami perlu waktu untuk lebih banyak waktu untuk menganalisis, melihat, dan seterusnya," tandas Philips.Sebelumnya, Sydney Morning Herald mengeluarkan tulisan berjudul "The Silence of the Polls as Prabowo pulls ahead in Jakarta race". Tulisan itu mempertanyakan lembaga-lembaga survei di Indonesia yang terlambat memublikasi atau diam ketika terjadi pergeseran dukungan dalam pemilu presiden 2014.Tiga dari lima lembaga yang dikutip dalam tulisan tersebut adalah lembaga-lembaga survei yang kredibel. Mereka adalah CSIS, Saiful Mujani Research and Consulting, dan Indikator, yang mendapati dukungan Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK berkejaran.Ketua Tim Kampanye Nasional Prabowo-Hatta, Mahfud MD juga merujuk pemberitaan di media Australia tersebut. Dia menyebut beberapa lembaga survei menyembunyikan hasil survei karena elektabilitas Prabowo-Hatta unggul dibanding Jokowi-JK. (Rahmat Fiansyah)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News