CT: Untuk tumbuh tinggi, harus menang persaingan



JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Tanjung atau yang akrab disapa CT mengatakan, yang terpenting dalam perekonomian bukanlah pada penciptaan pertumbuhan yang double digit. Namun, pertanyaannya adalah bagaimana mengimplentasikan pertumbuhan tersebut apakah bisa dilaksanakan atau tidak.

Menurut CT, kunci kalau Indonesia ingin tumbuh tinggi adalah menang dalam persaingan. "Pertanyaannya adalah mampukah kita menang dalam keadaan seperti ini," ujar CT dalam acara peluncuran buku "Pilihan Ekonomi yang Dihadapi Presiden Baru" di Jakarta, Kamis (9/10).

Biaya logistik Indonesia jauh lebih mahal dibanding negara lain sehingga Indonesia tidak mampu bersaing. Pertanyaan selanjutnya adalah sumber daya manusia. Saat ini, hampir 50% produktivitas tenaga kerja Indonesia hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) dan bahkan ada yang tidak tamat SD. 


Ada juga soal kepastian hukum yang bisa membuat investor memilih masuk ke Indonesia dibanding negara lain. Kesemua hal tersebut menjadi landasan yang diperlukan untuk Indonesia menang dalam persaingan.

"Itu bukanlah hal mudah. Permasalahan sangat kompleks," tandas CT. Meskipun begitu, Indonesia ada modal untuk bisa mencapai pertumbuhan double digit yaitu pada sumber daya manusia.

Indonesia mengalami bonus demografi di mana jumlah penduduk usia muda alias produktif lebih tinggi dibanding jumlah penduduk non produktif. Inilah yang harus dimanfaatkan untuk bisa meningkatkan kualitas manusia usia muda.

Selain pada sumber daya manusia, yang juga paling penting adalah kekayaan alam. Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa dan ini perlu dimanfaatkan.

Pemerintahan sekarang telah melakukan renegosiasi PT Freeport dan Newmont. Pendapatan negara yang diperoleh dari renegosiasi ini naik 5x lipat dibanding pendapatan negara dua bulan lalu sebelum ada renegosiasi. 

CT menjelaskan, royalti naik dari 1% menjadi 3,75% dan 4%. Bea ekspor dikenakan dan tarif pajak dinaikkan. Sebelumnya hanya 35% setoran dari pendapatan batu bara diberikan untuk negara, namun sekarang dengan renegosiasi sudah kurang lebih 70% diberikan untuk negara. 

"Bukan berarti ktia tidak ingin pengusaha dapat keuntungan, namun keuntungan yang wajar," pungkasnya. Hal-hal inilah yang pada ke depannya harus terus ditingkatkan agar Indonesia bisa menang dalam persaingan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa