JAKARTA. PT Ciputra Development Tbk (CTRA) memangkas anggaran belanja modal atau
capital expenditure (capex) tahun ini untuk menjaga neraca kas perseroan. Perseroan memangkas capex 30% dari anggaran semula sebesar Rp 2 triliun. Tulus Santoso, Direktur dan Sekretaris Perusahaan CTRA mengatakan revisi tersebut dilakukan untuk menjaga kondisi kas keuangan perseroan.
"Kalau dipaksakan bisa gak aman kas kita," ujarnya di Jakarta, Selasa (8/9). Dengan begitu, emiten properti ini hanya menganggarkan capex tahun ini sekitar Rp 1,4 triliun. Sementara serapan capex sementer I sudah mencapai Rp 1,16 triliun yang digunakan untuk investasi di properti dan akuisisi lahan. Adapun posisi kas dan setara kas CTRA per akhir Juni tercatat sebesar Rp 2,72 triliun. Sementara baru-baru ini, perseroan melalui anak usahanya PT Ciputra Properti Tbk (CTRP) telah menggangarkan dana sebesar Rp 100 miliar untuk melakukan
buyback saham. Tulus mengatakan, dengan pemangkasan tersebut perseroan akan membatasi pembelian tanah. Sementara untuk properti investasi masih sesuai dengan target. Sedianya, CTRA menargetkan bisa mengakuisisi 100 hektare (ha) setiap tahunnya di sekitar proyek-proyek eksisting perseroan. Dengan pemangkasan capex ini maka akusisi lahan diperkirakan hanya sekitar 70-80 ha tahun ini. Tahun ini, CTRA dan entitas anaknya berencana meluncurkan 12 proyek baru tahun ini. Lima Proyek akan diluncurkan CTRA yakni Citra Garden Hill Samarinda, Citra Garden City Malang, Citraland Cileungsi, proyek mix use di Fatmawati dan Citraplaza Kemayoran. Sementara PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) akan meluncurkan empat proyek baru yakni proyek residential Citraland Lampung, Citraland Kendari, office tower Ciputra World Surabaya dan proyek reklamasi Losari Makassar. CTRP akan meluncurkan Resort The Nivata Bali, Ascot Service Residence dan Ciputra Internasional Office tower II. Namun, hingga saat ini baru dua proyek yang sudah dirilis yakni gedung perkantoran Ciputra World Office Tower Surabaya seluas 20.000 meter persergi (m2) dan Resort The Nivata Bali seluas 6 ha. Kendati demikian, CTRA belum berencana memundurkan peluncurkan proyek-proyek baru tersebut. “Kita masih lihat kejar dalam sisa waktu ini,” kata Tulus. Dia mengungkapkan, secara kesiapan dari perseroan proyek-proyek tersebut sebenarnya sudah bisa diluncurkan. Hanya saja, kondisi pasar yang tidak mendukung membuat perseroan lebih berhati-hati meluncurkan produk. Oleh karena itu, Tulus mengatakan perseroan akan melihat perkembangan pasar hingga Oktober untuk menentukan arah bisnis perseroan. “
Market controlabel, jadi kita lihat pasar dulu. Percuma kita bangun kalau tidak ada yang beli karena bangunan mangkrat curring costnya pasti besar,” jelasnya.
Tulus melihat, saat ini yang paling mengalami perlambatan adalah penjualan
hight rise. Pasalnya, di tengah pelemahan rupiah biaya produksi
high rise naik lebih besar yakni 20%, sementara
landed house hanya 10%. Kenaikan ini berdampak langsung pada harga jual. “Jika nantinya akan diundurkan maka yang akan ditunda adalah proyek-proyek
high rise,” terang Tulus. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto