KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Ciputra Development Tbk (CTRA) optimistis dengan bisnis properti di tahun 2025. CTRA berhasil mengantongi pendapatan prapenjualan alias marketing sales sebesar Rp 11,02 triliun sepanjang tahun 2024, naik 8% year on year (yoy) dari tahun sebelumnya sebesar Rp 10,2 triliun. Realisasi itu menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah perusahaan dan sejalan dengan target CTRA sebesar Rp 11,1 triliun. Secara rinci, marketing sales dari penjualan reguler mencakup Rp 8,028 triliun dan marketing sales dari penjualan menggunakan PPN DTP sebesar Rp 2,98 triliun.
Direktur CTRA Harun Hajadi mengatakan, portofolio bisnis yang berkontribusi paling besar ke kinerja perseroan di tahun lalu masih berasal dari aset hunian. Sebab, portofolio aset terbesar kami dari penjualan perumahan, yang sebagian besar merupakan rumah tapak. “Pasti hunian (yang menopang kinerja). Sementara, pendapatan berulang alias recurring income hanya menyumbang sekitar 25% dari total portofolio aset,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (5/2). Baca Juga: Andalkan Proyek Rumah Tapak, Ciputra Development Berharap Kinerja di 2025 Meningkat Sayangnya, Harun belum bisa memaparkan target marketing sales di tahun 2025, karena masih konsolidasi internal. Namun, fokus bisnis CTRA di tahun ini masih ada di segmen hunian. “Landbank (bank tanah) kami relatif cukup besar dan memang penjualan perumahan itu bread and butter kami,” ungkapnya. Baca Juga: Ciputra (CTRA) Raih Rekor Marketing Sales, Begini Rekomendasi Sahamnya Harun tak menampik bahwa tahun 2025 masih penuh dengan tantangan untuk industri properti. Apalagi, ada potensi penurunan daya beli masyarakat di tahun ini. Asal tahu saja, Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan, indeks harga konsumen (IHK) pada Januari 2025 tercatat deflasi sebesar 0,76% month to month (mtm). Deflasi ini merupakan yang terdalam sejak 26 tahun silam. Mengingat, deflasi tertinggi sebelumnya di cetak pada Agustus 1999, dengan deflasi sebesar 0,93%.